March 6, 2013

~ Tri Mustika dan Liangxin Koushou ~



Tri Mustika dan Liangxin Koushou

Oleh : Yang Arya Maha Sesepuh Wang

Tri Mustika adalah pusaka yang tidak ternilai sebab menyimpan Kuasa Tian Ming dan kekuatan Dharma yang tiada tara, namun muncul sebuah pertanyaan yaitu “ Sudahkah kita memanfaatkan kuasa dan kekuatannya dalam kehidupan sehari-hari ?’’ Sudah berapa kali kita menggunakannya ? Berapa banyak manfaat dan kekuatan yang kita dapatkan ?



Suatu mustika disebut mustika, bila kita dapat memanfaatkannya. Bagaimana sebuah mustika dapat disebut mustika atau pusaka jika menggunakannya saja kita tidak pernah !



Selama ini kita hanya memahami Tri Mustika sebagai pusaka penyelamat bila terjadi bencana, malapetaka, atau kejadian yang mengancam keselamatan. Tri Mustika hanya digunakan dalam keadaan genting dan berbahaya dan tidak pada momen yang lain. Apakah keluhuran Tri Mustika yang tidak ternilai, hanya terbatas pada penyelamatan dan perlindungan badan jasmani yang pada suatu hari akan rusak ini ? Apakah Tri Mustika hanya digunakan dan hanya bermanfaat pada saat kritis dan berbahaya dan tidak pada waktu lainnya ? Apakah Tri Mustika tidak mempunyai kekuatan yang lain ? Apakah hanya tubuh jasmani ini yang butuh penyelamatan dan perlindungan ?

Badan, Pikiran dan Jiwa
Keluhuran Tri Mustika adalah penyelamatan jasmani, pikiran dan jiwa. Tri Mustika mempunyai kekuatan melindungi pikiran dan jiwa, sehingga jiwa berada dalam ketenangan dan kedamaian . Menjauhkan jiwa dari niat, keinginan, dan pikiran jahat, sesat dan kebodohan. Jiwa yang tenang dan damai adalah keselamatan . Samadhi melahirkan prajna, ketenangan melahirkan kebijaksanaan. Jiwa yang penuh dengan pikiran dan keinginan jahat, kebencian, keserakahan dan kebodohan adalah bencana, malapetaka, adalah kehancuran ! Kesesatan jiwa telah mengakibatkan kita bertumimbal lahir berkalpa-kalpa tahun. Memaksa kita melewati berbagai kesakitan dan penderitaan . Jiwa yang tersesat adalah bencana yang sesungguhnya, yang jauh lebih mengerikan dari bencana fisik. Tri Mustika bukan hanya berkekuatan memadamkan bencana badan jasmani tetapi juga pikiran dan jiwa. Bagaimana cara menggunakan Tri Mustika ?

~ Tri Mustika dan Koushou ~
Waktu yang terbaik menggunakan Tri Mustika adalah dalam liangxin koushou ( bhakti sujud nurani ) pagi, siang dan malam. Liangxin koushou adalah bhakti sujud firmani : Pertama kita bersujud dengan tangan merangkul Mudra Suci ( Mustika Ketiga ), pusaka yang diturunkan Lau Mu dalam firman-Nya. Yang kedua kita bersujud dalam Dharani Suci ( Mustika Kedua ), pusaka yang diturunkan Lau Mu dalam firman-Nya. Dharani Suci adalah pujian agung pada nama suci Buddha Maitreya. Ketika kita membaca Dharani Suci dengan tulus, yang datang melindungi bukan hanya Buddha Maitreya tetapi para Buddha dan Bodhisatva. Dharani suci adalah kristalisasi nama laksa Buddha. Ketika bersujud nurani kita mendengar dengan fokus pada nama-nama Suci Lau Mu dan para Buddha. Getaran nama-nama suci itu masuk ke dalam hati dan melebur ke dalam jiwa. Setiap sujud adalah penyatuan dan peleburan Lau Mu dan para Buddha ke dalam jiwa. Inilah pengamalan mustika kedua, Dharani Suci dalam bhakti sujud nurani.



Dalam liangxin koushou, telinga kanan fokus pada nama Buddha, sementara telinga kiri fokus pada hitungan yi kou zai kou dengan gerakan koushou yang utuh sempurna, sujud demi sujud dengan ritme beraturan, maka pikiran dan niat keinginan negatif perlahan berkurang lalu sirna ! Dalam bhakti sujud nurani, hati kita menyatu dengan Nama Suci dan menyatu dengan setiap koushou . Setiap nama Buddha masuk ke dalam jiwa kita, setiap sujud melebur ke dalam hati. Setiap sujud ada hati, ada hati dalam setiap sujud.

Yi kou zai kou , sujud demi sujud hati kita menyatu ke dalam Lau Mu dan para Buddha ! Hati menjadi hening, damai dan Samadhi .


Ketiga, kita bersujud melalui Pintu Suci ( Mustika Pertama ), pusaka yang diturunkan Lau Mu dalam firman-Nya. Melalui inisiasi sejati ke dalam pintu suci telah diungkap secara langsung bahwa emanasi Roh Tuhan ada dalam diri kita. Watak illahi yang sejati, hati nurani yang cemerlang, telah sempurna dalam diri kita. Ketika bersujud, pertanda suci diarah dan menyentuh pintu suci yang bermakna “ Aku ingin menyatu dengan watak illahi sejati, menyatu dengan Nurani yang cemerlang sempurna dalam diriku. Aku ingin sama dengan watak illahi yang sejati, sama dengan Hati Nurani yang cemerlang.’’



Merangkul pertanda suci adalah merangkul semangat luhur, murni, dan lugu seorang anak. Dengan semangat luhur, murni, dan lugu aku menyatu dengan Lau Mu dan emanasi hati Lau Mu dalam diriku.



Inisiasi Firman ke dalam pintu suci mengungkap Sang Tiada Tara ada dalam diriku. Dalam Koushou, pertanda suci mengarah dan menyentuh pintu suci bermakna aku dengan hati polos dan murni bersatu dengan Sang Tiada Tara, bersama dengan Sang Tiada Tara.



Setiap sujud, setiap sentuhan pertanda suci dengan pintu suci, adalah perjuangan mendekatkan diri dengan Lau Mu, dengan Buddha Maitreya, dengan Shi Zun dan Shi Mu.

Setiap sujud adalah aku ingin menjadi sama dan bersatu dengan Lau Mu, dengan Buddha Maitreya, dengan Shi Zun dan Shi Mu. Setiap sujud adalah aku ingin menjadi sama dan bersatu dengan para Buddha dan Bodhisatva.



Ketika pengarah bhakti puja membaca,” Buddha Maitreya sujud lima kali” lalu kita bersujud. Sujud kesatu, hati tulus mendekatkan diri pada Buddha Maitreya. Sujud kedua mendekatkan diri lagi pada Buddha Maitreya. Sujud ketiga kembali mendekatkan diri. Sujud keempat semakin mendekatkan diri. Sujud kelima terus mendekatkan diri ! Lima sujud adalah lima kali pendekatan diri untuk menyatu dan bersama dengan Buddha Maitreya.



Bhakti sujud Nurani adalah perjuangan segenap hidup, bukan sekali dua kali sudah membuahkan hasil. Perlu perjuangan yang fokus dan konsisten. Luangkanlah waktu untuk selalu bersujud nurani.

Kalau kita dapat terus bersujud dan bersujud dengan tulus dan sepenuh hati, kegelisahan hati dan kekalutan pikiran akan terusir, dan lahirlah ketenangan, keheningan dan kekuatan.



Demikian penggunaan Tri Mustika dalam bhakti sujud nurani pagi, siang dan malam dalam kehidupan sehari-hari.



***





No comments:

Post a Comment