March 5, 2013

~ Terima Kasih Mama, Terima Kasih Lau Mu ~




Terima Kasih Mama, Terima Kasih Lau Mu


             Bagi saya, Mama adalah seorang malaikat hidup. Hati mama suci dan mulia bagaikan seorang Buddha. Mama mempunyai jiwa yang tegar, tegar bagaikan karang ditengah samudera. Kasih dan perhatian mama begitu besar bagaikan gunung Himalaya. Keberadaan kita di dunia ini penuh dengan perjuangan dan kesakitan yang telah mama rasakan. Mama mengandung kita selama sembilan bulan lamanya, saat kita dilahirkan ke dunia, mama melawan maut mempertaruhkan nyawa demi keselamatan kita. Begitu besar kasih saying mama kepada kita. Saat saya teringat perjuangan dan pengorbanan mama yang begitu besar, hati saya sangat sedih. Mengingat kemuliaan hati mama membuat saya menangis, saya tahu bahwa saya tak dapat membalas semua budi bajik yang telah mama berikan selama ini pada saya, namun saya berjanji akan terus membuat mama bahagia. Saat ini menyesal pun belum terlambat selagi hidung masih dapat bernafas, mata masih dapat melihat, kaki masih dapat berjalan saya akan terus berjuang membalas budi mama. Kita semua pasti mengalami kasih sayang mama selama hidup kita. Saya akan berbagi sedikit cerita tentang perjuangan mama saya.
           
           
            Di waktu kecil, keluarga saya hidup dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan. Satu hari kami masih dapat makan tiga kali dengan menu yang sederhana. Namun tidak mungkin membeli barang-barang lain serta makanan enak. Saat krisisterjadi pada tahun 1988, papa sulit mendapatkan penghasilan, karena pada saat itu, pekerjaan papa tidak tetap. Saat akan makan, kami hanya makan nasi putih bercampur minyak wijen, satu mangkuk nasi itu dibagi untuk tiga orang. Mama hanya mengambil sedikit nasi itu, sisanya mama berikan untuk saya dan koko. Walau hanya makan seadanya saja, hati kami tetap bahagia. Mama selalu mengajarkan untuk selalu bersyukur, hari ini bisa makan walau nasi putih saja tetap harus bersyukur. Selain itu, mama juga selalu mengingatkan kami jangan membuang nasi, kami harus menghargai sebutir nasi, jangan pernah membuang sebutir nasi pun. Ketika kecil, mama selalu mengajarkan kepada kami untuk selalu menghargai berkah, sehingga sampai saat ini kami bisa selalu belajar bersyukur. Ketika kecil saya melihat teman-teman mempunyai boneka Barbie, saya pun ingin memilikinya. Saya meminta mama untuk membelikan boneka Barbie. Mama tak membelikannya, saya pun menangis dan tak mau makan. Mama berkata pada saya, bahwa mama tak punya cukup uang untuk membelikan saya boneka, kita harus menghemat untuk keperluan nantinya. Mendengar kata-kata mama, membuat saya sadar dan saya tak pernah punya keinginan untuk memiliki boneka Barbie lagi.

            Kasih dan perhatian mama begitu besar, kasih mama mengalahkan segala macam keegoisan. Ketika kami sakit, mama terus mengkhawatirkan kami. Mama selalu menjaga kami, saat melihat kami sehat, hati mama begitu bahagia. Ketika saya duduk di kelas 3 SMP, saya jatuh sakit dan diopname di rumah sakit. Saat perjalanan menuju ke rumah sakit, mama memeluk saya, mama menangis. Hati saya sangat sedih saat melihat air mata mama yang jatuh di pipinya, saya menghapus air mata mama dan saya berkata, “Ma…..jangan menangis !’’. Saat sampai di rumah sakit, saya tak sadarkan diri selama satu hari. Saat saya sadar, wajah pertama kali yang saya lihat adalah mama. Saya melihat mama menangis, dalam hati saya berkata,” Saya berjanji akan membuat mama bahagia, saya tidak akan lagi membuat mama menangis, saya pasti akan segera sehat kembali’’.

            Pada tahun 2000, mama saya terkena kanker, saat itu mama tidak ingin kami tahu. Mama menyembunyikan penyakitnya itu. Sampai suatu hari penyakit itu benar-benar tak bisa ditahan lagi, akhirnya kami pun mengetahuinya. Saat itu kami sangat sedih mendengar kabar tersebut. Saya menangis, saya tak ingin kehilangan mama, saya bersujud dan memohon pada Lau Mu, semoga mama dapat cepat sembuh, biar nyawa saya saja yang Lau Mu ambil. Namun wajah mama sama sekali tak memancarkan kesakitan. Mama tidak pernah mengeluh, mama selalu berusaha melawan penyakit tersebut. Mama mengikuti apa yang dokter sarankan. Minum obat dan banyak istirahat, semua mama lakukan demi kesembuhannya, mama tak mau kami sedih dan menangis.

            Suatu malam, kami sekeluarga ke vihara bersujud memohon kekuatan Lau Mu dan Mi Le Fo agar mama dapat melewati penyakit ini dan memohon sakit mama segera disembuhkan. Mama tak pernah berhenti berjuang melawan sakit, mama juga belajar bervegetarian agar karma yang dating menagih, dapat terimpaskan. Hati mama sangat kuat, satu hal yang saya banggakan dari mama adalah ketegarannya dalam menghadapi penyakit yang mematikan ini. Mama tak pernah mengeluh sedikitpun. Semua yang terjadi, mama serahkan pada pengaturan Lau Mu. Perjuangan dan ketegaran mama tidaklah sia-sia. Xie-xie Lau Mu ci bei, akhirnya mama dapat disembuhkan tanpa penanganan dokter secara khusus. Semua ini berkat doa mama yang tulus.

            Sungguh besar kasih Lau Mu. Mama berjuang dan berkorban demi kebahagiaan kami, mama tak mau melihat kami sedih. Mama selalu memberikan yang terbaik kepada kami. Terima kasih mama, budi bajik mama tak sanggup saya balas. Hanya terus berjuang dan berkorban agar engkau bahagia, yang dapat saya persembahkan. Saya tak akan mengecewakan semua jerih payah dan perjuanganmu mama. Terima kasih mama. Saya mungkin tak dapat memberikan rumah yang mewah untukmu tinggal di hari tuamu kelak, serta harta yang melimpah, tapi saya akan berusaha berjuang membina ketuhanan dengan baik agar engkau juga mendapatkan kedudukan yang mulia di nirvana kelak.
          Terima kasih mama…. Terima kasih Lau Mu…….

1 comment:

  1. :) Bagaimana menurut Anda ? Senang sekali jika Anda mau berbagi pendapat dengan saya disini.

    ReplyDelete