March 5, 2013

Maitreya, Buddha atau Bodhisatva ?



Sabda pertapa Ajita :
“ Orang yang tidak menghormati aku, tentu akan mendapatkan karma jelek akibat dari sikapnya, itu memang sangat disayangkan, tapi karena keberadaan-Ku lah Ia berbuat demikian, kalau bukan aku yang akan menyadarkannya, siapa lagi ? ‘’

            Sabda Beliau adalah wujud Kasih Maitreya yang tanpa batas, sekaligus memperlihatkan kualitas Beliau sebagai penganut jalan Bodhisatva. Dalam Mahayana ada 10 tingkat ( Dasabhumi ) yang ditempuh Bodhisatva dengan paramita-paramitanya, yaitu :



1. Paramita Kebahagiaan ( Pramudita )
            Dengan paramitanya Dana. Tingkat seorang Bodhisatva menyadari bahwa ia telah melaksanakan dana paramita, dan juga telah menyadari kekosongan dari setiap dharma.

2. Tingkat Murni Bersih ( Vimala )
            Dengan paramitanya Sila. Tingkat seorang Bodhisatva telah terbebas dari karma-karma buruk dengan melaksanakan sila paramita. Dan telah mengukuhkan akar kebajikan ( asall-mula ). Pikirannya telah terbebas dari segala kemelekatan dan dengan giat melaksanakan Dhyana. Pikirannya telah terbebas dari segala kemelekatan dan dengan giat melaksanakan Dhyana.

3. Tingkat Cemerlang ( Prabhakari )
            Dengan paramita Kshanti. Memancarkan cahaya karena tidak lagi memiliki perasaan marah dan dendam, telah menguasai keempat jhana dan memiliki kekuatan Abhina.

4. Tingkat Menyala Berkobar-Kobar (Arcismati )
            Dengan paramitanya Viriya.

5. Tingkat Tak Terkalahkan ( Sudur Jaya )
            Dengan paramitanya Dhyana.

6. Tingkat Menuju Bodhi ( Abhi Mukti )
            Dengan paramitanya Prajna.

7. Tingkat Berjalan Jauh ( Duraugama )
            Dengan paramitanya Upaya- Kanusalya.

8. Tingkat Teguh Tak Tergoncangkan ( Acala )
Dengan paramitanya menyerahkan jasa-jasa pranidhana untuk menolong makhluk.

9. Tingkat Pikiran Baik ( Sadhumati )
            Dengan paramitanya Gala- kekuasaan yang dimiliki seorang Buddha, siap membimbing setiap makhluk menuju Nirvana.

10. Tingkat Mega Dharma ( Dharma Wegha )
            Dengan paramitanya Jhana.

            Pada tingkat ini seorang Bodhisatva mencapai Dhyana paramita dan pengetahuan sempurna. Ia telah sampai pada tingkat Buddha, dan menerima Abhiseka dari para Buddha mengenai kebuddhaan. Tubuh Dharma Kaya sekarang telah sempurna dan ia dapat menunjukkan kemukjizatan- kemukjizatan. Sepuluh kekuatan Buddha
      ( Dasa Balani ) telah sempurna dan Beliau memasuki Buddhaloka.

            Maitreya telah mencapai tingkat sepuluh ini, itulah alasan mengapa dalam Mahayana batas antara Buddha dan Bodhisatva itu seakan tidak ada, jika seseorang telah memasuki tingkat 9 atau 10 dari 10 tingkatan Bodhisatva, sesungguhnya ia telah berada di tanah Buddha, tapi Ia tidak memanfaatkan kemampuan kebuddhaannya ( Buddha – Bala ). Tapi jika seseorang baru mencapai tingkat 1-6, kita harus dengan tegas mengambil garis pemisah antara sebutan Buddha atau Bodhisatva , Karena tingkat 1-6 adalah paramita minimal yang harus dilatih seorang Bodhisatva, sedangkan 4 paramita lainnya hanyalah tambahan. Sesungguhnya Maitreya telah mencapai Buddha, tapi Beliau menunda ke-Buddhaannya untuk menunggu waktu yang tepat untuk memproklamirkan diri sebagai manusia Buddha. Sebagai rasa hormat dan rasa bakti para pemuja Maitreya tentu akan tetap memanggil Beliau dengan sebutan kehormatan Buddha Maitreya. Sementara itu beberapa kalangan Theravada menambahkan Arya di depan kata Maitreya sebagai rasa hormat mereka pada sosok Buddha Yang Akan Datang ini.

            Alasan lain mengapa umat Maitreya lebih sering menggunakan kata Buddha daripada Bodhisatva untuk yang Arya Maitreya, karena Beliau adalah Buddha Yang Akan Datang, tidak soal Beliau sekarang sudah Buddha atau masih Bodhisatva, yang jelas dalam kitab-kitab suci, Beliau disejajarkan dengan para Buddha, dan Beliau adalah penerus Buddha untuk kalpa ini. Dengan menyebut Beliau sebagai Buddha akan membuat kita lebih konsisten dan tidak membingungkan umat. Karena Beliau memang Buddha walau untuk masa depan.

            Pengamal Buddha Dharma sejati tidak akan mempermasalahkan hal ini. Karena penggunaan panggilan Buddha atau Bodhisatva tidak akan mengurangi Kasih Maitreya pada kita. Jika Anda merasa lebih akrab memanggil Maitreya dengan panggilan Bodhisatva, silahkan saja. Maitreya tidak akan keberatan, apalagi marah, karena Beliau sesungguhnya telah melampaui semua dualisme ini, apalah artinya sebuah panggilan, semua itu hanya ungkapan hati lewat kata-kata. Jika kita memanggil Beliau sebagai Dewa sekalipun tapi hati menghormati kesucian Buddha, Beliau rasa itu lebih baik daripada mulut memanggil Buddha tetapi di sanubarinya tidak ada rasa hormat sama sekali.

No comments:

Post a Comment