March 6, 2013

~ Selamat Menempuh Hidup Baru ~



Selamat Menempuh Hidup Baru

“ Selamat Menempuh Hidup Baru”, 
Itulah kata-kata yang diucapkan oleh 
setiap orang yang hadir dalam setiap pernikahan.

          Memulai hidup berkeluarga selalu diidentikkan dengan memulai suatu kehidupan yang baru. Kehidupan yang tidak lagi dijalani sendiri karena ada orang lain yang menjadi pasangan hidupnya dalam mengarungi perjalanan hidup ini. Sebuah pernikahan diibaratkan dengan berlayarnya sebuah bahtera kecil yang dinaiki oleh 2 orang. Dan disinilah kehidupan baru itu dimulai…..

           
Awal sebuah kehidupan pernikahan adalah sebuah dunia yang indah. Karena ketika bahtera itu mulai berlayar, belum ada gelombang besar yang datang di tepi dermaga. Laut akan terlihat tenang dan damai, langit terlihat biru dengan arakan awan yang menari dengan sangat indah. Berbagai rangkaian cita-cita dan harapan bagi masa depan pun dirangkai dengan indah pula dengan tekad untuk menjalaninya bersama.

            Namun ketika bahtera sudah mulai berlayar memasuki perjalanan yang sesungguhnya, gelombang besar pun mulai menerjang, badai dan hujan lebat mulai berdatangan.

            Ada saat-saat dimana bahtera harus berhenti di tengah laut sehingga kedua orang ini harus mengalami kebimbangan, keraguan dan mungkin keputus asaan. Bahkan ada yang bahtera itu yang berakhir dengan karam atau tenggelam dan kedua orang itu pun berpisah di tengah gelombang yang besar. Namun ada juga bahtera yang akan sampai ke tujuan setelah bersama-sama melewati gelombang badai dan hujan itu dengan kuat dan tegar. Yang manakah yang akan kita pilih ? Membiarkan bahtera keluarga kita berhenti, karam, terbalik atau sampai ke tujuan dengan selamat ?

~ Ingat, Awalnya Anda
          Berdua Berbeda ~

Penyatuan dua insan manusia dalam sebuah pernikahan sesungguhnya adalah penyatuan dua insan yang berbeda. Berbeda jenis kelamin, berbeda latar belakang, berbeda kebiasaan, berbeda pola pikir, berbeda pandangan dan berbeda dalam banyak hal. Ironisnya semua perbedaan ini baru terlihat ketika sepasang insan manusia sudah diikat dalam pernikahan. Selama masa pacaran kedua mata ditutup dengan rapat, masing-masing menunjukkan yang terbaik dalam dirinya. Setelah pernikahan barulah masing-masing bersikap lebih kritis dan kedua mata dibuka lebar-lebar.

            Barulah terlihat banyaknya perbedaan dan akhirnya menimbulkan kejengkelan-kejengkelan dan krisis dalam rumah tangga. Pada awalnya hanya perbedaan besar yang dipermasalahkan. Tetapi lama kelamaan perbedaan kecil pun menjadi sumber konflik. Istri lebih suka memakai pasta gigi merk “A”, sedangkan suami lebih suka merk”B”. Karena hati sudah merasa berbeda, maka karena pasta gigi pun bisa menimbulkan pertengkaran dan berujung pada perceraian.

            Orang bijak mengatakan, pada masa pacaran justru bukalah mata lebar-lebar tetapi setelah memasuki pernikahan tutuplah sebelah mata. Kalau sudah memasuki pernikahan baru membuka mata lebar-lebar, itu namanya sudah terlambat. Jadi jika kita menginginkan bahtera yang kita naiki selamat sampai tujuan, maka langkah pertama yang harus kita sadari bahwa kita berawal dari dua insan yang berbeda dan kini sudah disatukan dalam pernikahan. Bahtera yang sudah mulai melaju tak mungkin berjalan mundur kembali. Hanya ada 2 pilihan, jika tak mungkin maju yaitu berhenti atau karam. Jangan biarkan perbedaan sebagai jurang yang akan membawa kehancuran dalam rumah tangga, yang menjadi sumber konflik yang membuat bahtera itu karam. Tetapi terimalah perbedaan itu dalam kasih Maitreya.

" Ketika seseorang sudah diikat dalam pernikahan Maitreyani, maka sesungguhnya saat itu dua insan manusia telah disatukan dalam Kasih Maitreya."

 

~ Disatukan dalam
            Kasih Maitreya ~

            Mempermasalahkan perbedaan tak akan pernah menyelesaikan masalah dan konflik dalam rumah tangga. Kebahagiaan yang ingin kita gapai tak akan pernah terwujud. Ketika seseorang sudah diikat dalam pernikahan Maitreyani, maka sesungguhnya saat itu dua insan manusia telah disatukan dalam Kasih Maitreya.

            Penyatuan berarti tak lagi berbeda. Secara fisik berbeda, tetapi visi, misi, pandangan dan konsep dasar dalam membangun keluarga telah sama dan disatukan. Punya konsep yang sama bahwa Lau Mu lah pemilik rumah tangga kita, Buddha Maitreya lah kepala keluarga kita, dan hati nurani lah dasar prinsip keluarga kita.

            Penyatuan dalam kasih Maitreya berarti disatukan dalam kasih dan tuntunan Buddha Maitreya. Setiap perbedaan diselesaikan dengan sikap kelapangan dada dan hati yang suka cita sehingga perbedaan tidak lagi menjadi sumber konflik, tetapi perbedaan menjadi bagian dari keindahan rumah tangga. Perbedaan tidak lagi menjadi sumber pertikaian, tetapi menjadi anugerah yang semakin memperkaya bahtera rumah tangga.

            Tanpa perbedaan, rumah tangga menjadi kehilangan warna-warni dan hanya berjalan monoton. Jika ada jurang perbedaan yang jauh, haruslah dijembatani dengan kasih, sehingga jurang itu menjadi tidak ada. Carilah jalan tengah terbaik bagi suami istri dengan prinsip baik bagi keduanya, tidak membuat salah satu menjadi sedih, jauhkan ego dan kepentingan pribadi, tetapi pikirkan untuk kebaikan bersama. Selalu menempatkan diri untuk memberi yang terbaik bagi pasangan kita, bukan kepentingan diri sendiri. Inilah kasih. Jika suami istri bisa demikian, maka kehidupan rumah tangga yang bahagia akan dapat dicapai. Perbedaan bukan lagi penghambat, tetapi menjadi motivasi dalam membangun keluarga Maitreyani. Inilah penyatuan dalam Kasih Maitreya.

            Selamat menempuh Hidup Baru dalam penyatuan dan tuntunan kasih Buddha Maitreya.
By : Qing Xii

***

No comments:

Post a Comment