Selamat Menempuh Hidup Baru
“ Selamat Menempuh Hidup Baru”,
setiap orang yang hadir dalam setiap pernikahan.
Memulai hidup berkeluarga selalu diidentikkan dengan
memulai suatu kehidupan yang baru. Kehidupan yang tidak lagi dijalani sendiri
karena ada orang lain yang menjadi pasangan hidupnya dalam mengarungi
perjalanan hidup ini. Sebuah pernikahan diibaratkan dengan berlayarnya sebuah
bahtera kecil yang dinaiki oleh 2 orang. Dan disinilah kehidupan baru itu
dimulai…..
Namun
ketika bahtera sudah mulai berlayar memasuki perjalanan yang sesungguhnya,
gelombang besar pun mulai menerjang, badai dan hujan lebat mulai berdatangan.
Ada
saat-saat dimana bahtera harus berhenti di tengah laut sehingga kedua orang ini
harus mengalami kebimbangan, keraguan dan mungkin keputus asaan. Bahkan ada
yang bahtera itu yang berakhir dengan karam atau tenggelam dan kedua orang itu
pun berpisah di tengah gelombang yang besar. Namun ada juga bahtera yang akan
sampai ke tujuan setelah bersama-sama melewati gelombang badai dan hujan itu
dengan kuat dan tegar. Yang manakah yang akan kita pilih ? Membiarkan bahtera
keluarga kita berhenti, karam, terbalik atau sampai ke tujuan dengan selamat ?
~ Ingat, Awalnya
Anda
Berdua Berbeda ~
Penyatuan dua insan manusia dalam
sebuah pernikahan sesungguhnya adalah penyatuan dua insan yang berbeda. Berbeda
jenis kelamin, berbeda latar belakang, berbeda kebiasaan, berbeda pola pikir,
berbeda pandangan dan berbeda dalam banyak hal. Ironisnya semua perbedaan ini
baru terlihat ketika sepasang insan manusia sudah diikat dalam pernikahan.
Selama masa pacaran kedua mata ditutup dengan rapat, masing-masing menunjukkan
yang terbaik dalam dirinya. Setelah pernikahan barulah masing-masing bersikap
lebih kritis dan kedua mata dibuka lebar-lebar.
Barulah
terlihat banyaknya perbedaan dan akhirnya menimbulkan kejengkelan-kejengkelan
dan krisis dalam rumah tangga. Pada awalnya hanya perbedaan besar yang
dipermasalahkan. Tetapi lama kelamaan perbedaan kecil pun menjadi sumber
konflik. Istri lebih suka memakai pasta gigi merk “A”, sedangkan suami lebih
suka merk”B”. Karena hati sudah merasa berbeda, maka karena pasta gigi pun bisa
menimbulkan pertengkaran dan berujung pada perceraian.
Orang
bijak mengatakan, pada masa pacaran justru bukalah mata lebar-lebar tetapi
setelah memasuki pernikahan tutuplah sebelah mata. Kalau sudah memasuki
pernikahan baru membuka mata lebar-lebar, itu namanya sudah terlambat. Jadi
jika kita menginginkan bahtera yang kita naiki selamat sampai tujuan, maka
langkah pertama yang harus kita sadari bahwa kita berawal dari dua insan yang
berbeda dan kini sudah disatukan dalam pernikahan. Bahtera yang sudah mulai
melaju tak mungkin berjalan mundur kembali. Hanya ada 2 pilihan, jika tak
mungkin maju yaitu berhenti atau karam. Jangan biarkan perbedaan sebagai jurang
yang akan membawa kehancuran dalam rumah tangga, yang menjadi sumber konflik
yang membuat bahtera itu karam. Tetapi terimalah perbedaan itu dalam kasih
Maitreya.
" Ketika seseorang sudah diikat dalam pernikahan
Maitreyani, maka sesungguhnya saat itu dua insan manusia telah disatukan dalam
Kasih Maitreya."
~ Disatukan dalam
Kasih Maitreya ~
Mempermasalahkan perbedaan tak akan pernah menyelesaikan
masalah dan konflik dalam rumah tangga. Kebahagiaan yang ingin kita gapai tak
akan pernah terwujud. Ketika seseorang sudah diikat dalam pernikahan
Maitreyani, maka sesungguhnya saat itu dua insan manusia telah disatukan dalam
Kasih Maitreya.
Penyatuan
berarti tak lagi berbeda. Secara fisik berbeda, tetapi visi, misi, pandangan
dan konsep dasar dalam membangun keluarga telah sama dan disatukan. Punya
konsep yang sama bahwa Lau Mu lah pemilik rumah tangga kita, Buddha Maitreya
lah kepala keluarga kita, dan hati nurani lah dasar prinsip keluarga kita.
Penyatuan
dalam kasih Maitreya berarti disatukan dalam kasih dan tuntunan Buddha
Maitreya. Setiap perbedaan diselesaikan dengan sikap kelapangan dada dan hati
yang suka cita sehingga perbedaan tidak lagi menjadi sumber konflik, tetapi
perbedaan menjadi bagian dari keindahan rumah tangga. Perbedaan tidak lagi
menjadi sumber pertikaian, tetapi menjadi anugerah yang semakin memperkaya
bahtera rumah tangga.
Tanpa
perbedaan, rumah tangga menjadi kehilangan warna-warni dan hanya berjalan
monoton. Jika ada jurang perbedaan yang jauh, haruslah dijembatani dengan
kasih, sehingga jurang itu menjadi tidak ada. Carilah jalan tengah terbaik bagi
suami istri dengan prinsip baik bagi keduanya, tidak membuat salah satu menjadi
sedih, jauhkan ego dan kepentingan pribadi, tetapi pikirkan untuk kebaikan
bersama. Selalu menempatkan diri untuk memberi yang terbaik bagi pasangan kita,
bukan kepentingan diri sendiri. Inilah kasih. Jika suami istri bisa demikian,
maka kehidupan rumah tangga yang bahagia akan dapat dicapai. Perbedaan bukan
lagi penghambat, tetapi menjadi motivasi dalam membangun keluarga Maitreyani.
Inilah penyatuan dalam Kasih Maitreya.
Selamat
menempuh Hidup Baru dalam penyatuan dan tuntunan kasih Buddha Maitreya.
By : Qing Xii
***
No comments:
Post a Comment