Rangkuman Sutra Penting Tentang Buddha Maitreya
1. Sutra
Sarvajna Prabha Manusya Deva berpantang Daging
Berdasarkan
catatan sutra tersebut, Sang petapa di masa lampau memuja Maitreya sebagai
guru. Ajaran Maitreya adalah Catur Paramita, inti dari ajaran yang disampaikan
adalah penerapan cinta kasih. Saat itu petapa tak hanya memuja Maitreya sebagai
guru bahkan berikrar di kehidupan berikutnya dapat mencapai kebuddhaan dengan
nama Maitreya. Dari sini Beliau mulai membina diri, menjalani hidup dengan
berpindapata dan fokus dalam pembinaan hati. Dalam perjalanan pembinaannya,
beliau tiba di sebuah
Negara, namun disayangkan Negara tersebut dipimpin oleh
raja yang bejat, dan tidak mencintai rakyat. Suatu hari hujan turun tiada henti
sehingga terjadi bencana banjir bah. Karena banjir, sang petapa tidak dapat
memperoleh makanan selama tujuh hari. Melihat hal ini, seekor induk kelinci
yang dapat merasakan kebajikan sang petapa merasa tergugah dan bertekad
mengorbankan tubuhnya untuk dipersembahkan kepada petapa. Tekad sang ibu
terdengar oleh anak kelinci, segeralah anak kelinci lebih dulu menerjunkan diri
ke dalam kobaran api dan kemudian disusul oleh induk kelinci.
Setelah
mengetahui adanya peristiwa pengorbanan dua ekor kelinci ini, Sang petapa
tergugah dan menjadi sedih lalu berkata : “
Lebih baik aku membunuh diriku dan mengorbankan mataku, aku rela menerima
berbagai penderitaan daripada harus menyantap daging sesama makhluk hidup.” Seperti
yang disabdakan Sang Buddha, seorang yang memakan daging, pengamalan cinta
kasihnya tidak akan sempurna, pendek umur dan banyak penyakit yang menggerogoti
tubuh, tersesat dalam tumimbal lahir, tak bisa mencapai Kebuddhaan. Oleh sebab
itu sang petapa menegakkan ikrar,” Disetiap kelahiranku yang berikutnya,
sebetikpun tak terbetik niat membunuh dan memakan daging, menempuh jalan
Kebuddhaan mencapai kesucian.” Setelah itu petapa juga melompat ke dalam api
dan wafat. Induk kelinci pada saat itu adalah Buddha Sakyamuni dan anak kelinci
adalah Rahula, 500 ekor kelinci adalah 500 murid Sang Buddha, sedangkan petapa
adalah Bodhisatva Maitreya.
Hal
penting yang tercantum dalam sutra ini adalah, Sang Petapa memuja Maitreya
sebagai guru pada setiap kehidupan berikutnya. Ia mencapai Buddha dengan gelar
Maitreya. Jadi sesungguhnya Maitreya bukan hanya menunjuk kepada Buddha
Maitreya semata, melainkan siapa saja yang membina dalam ajaran maitri karuna
dan mencapai Kebuddhaan akan bergelar Maitreya. Maitreya berarti cinta kasih,
cinta kasih adalah kebahagiaan dan kesukacitaan, agar seluruh makhluk hidup
dapat berbahagia. Syarat utama adalah tidak melakukan pembunuhan, tidak memakan
daging. Ini adalah tugas pokok menjalankan ajaran Maitreya .
2. Sutra
Pertanyaan tentang Nazar Bodhisatva Maitreya
Hal
penting yang disampaikan sutra ini adalah penjelasan perbedaan metode pembinaan
Buddha Sakyamuni dengan Buddha Maitreya. Pada masa pembinaan Buddha Sakyamuni,
segala yang dimiliki dapat dikorbankan, termasuk istri, anak, organ tubuh,
kekuasaan, harta benda ,darah, daging bahkan nyawa sendiri demi mencapai
kesadaran sejati. Sedangkan Buddha Maitreya di dalam pembinaannya tidak
mengorbankan apapun seperti telinga,hidung, mata, tangan, kaki, nyawa, harta
benda, anak, istri, kekuasaan dan lainnya. Melainkan dengan fleksibilitas dan
teknik pembinaan yang sukacita hingga mencapai kebenaran tertinggi. Buddha
Maitreya pagi hingga malam berpakaian rapi dengan penuh hormat berlutut
menghadap 10 penjuru alam dan bersabda :”
Aku bertobat atas segala dosa dan kekhilafan, bertekad membantu semua mekhluk
mencapai kesadaran, bersujud dan memohon kepada para Buddha demi mencapai
kesempurnaan tertinggi.”
Makna
penting dari kitab ini adalah ikrar yang ditegakkan kelak menentukan arah
pembinaan. Pembinaan Maitreya yang fleksibel, luwes dan leluasa. Pertama :
bertobat, instropeksi ke dalam hati mencari dosa dan kesalahan diri, senantiasa
tahu dan mawas akan setiap perbuatan diri barulah bisa menapaki langkah awal pembinaan
mencapai kesempurnaan.
Kedua
: membantu orang lain. Membantu orang lain adalah perbuatan yang dapat mengikis
ketamakan dalam diri dan melapangkan hati. Bertobat dan menyesali dosa adalah
pembinaan yang menyempurnakan kebajikan sendiri. Ini adalah pembinaan yang
harus dijalani setiap orang untuk mencapai Bodhisatva. Dalam usaha bertobat dan
menyelamatkan orang lain, mungkin tidak akan cukup hanya mengandalkan kekuatan
pribadi, perlu mengandalkan kekuatan para Buddha.
Ketiga
adalah bersujud dan menghormati para Buddha, ini bukan hanya sikap merendahkan
hati, lebih-lebih sebagai awal dari menghormati segalanya, segalanya dihormati.
Dari menghormati Buddha berkembang hingga dapat menghormati laksa benda, ini
adalah satu pribadi serta jiwa yang sangat luhur. Dengan dapat menjalankan
ketiga teknik pembinaan Maitreya yaitu bertobat, penyelamatan makhluk,
menghormati para Buddha, terakhir akan mencapai kebijaksanaan tiada tara.
Maitreya adalah Buddha masa depan. Cara pembinaannya lebih sesuai dengan umat
manusia di zaman sekarang ini.
3. Sutra
Bodhisatva Maitreya Mencapai Surga Tusita
Point
penting dalam sutra ini adalah Buddha Sakyamuni bersabda bahwa Ajita ( nama
Maitreya ) kelak akan menjadi Buddha. Ajita seperti manusia pada umumnya,
meskipun sebagai bhiksu, namun ia tidak membina dengan meditasi dan pelepasan
kilesa. Sang Buddha mengatakan Ajita kelak pasti menjadi Buddha.
Maitreya
dikenal sebagai Bodhisatva. Didalam sutra juga tertulis untuk menjadi murid
Maitreya harus mematuhi lima pantangan, bervegetarian, senantiasa menuntut
pembinaan diri dan berbuat kebajikan. Kelak Bodhisatva Maitreya akan menjadi
penuntun umat manusia menuju kecemerlangan. Bagi yang melafalkan, mendengarkan
dan menghormati Nama Agung Maitreya dapat menghapus laksa kalpa dosa yang tak
terhingga.
Inti
yang disampaikan kitab ini adalah Maitreya kelak merupakan pengharapan semua
makhluk yang ada di dunia. Adalah Buddha akan datang setelah Buddha Sakyamuni.
Buddha Maitreya tak hentinya membina dalam setiap kehidupan, hingga mencapai
kedudukan suci “Bodhisatva yang menyempurnakan kebajikan” artinya asalkan
sekali lagi terlahir kembali, Beliau pasti akan menjadi Buddha. Yang istimewa
adalah ciri khas pembinaan Maitreya yang seperti manusia pada umumnya, meskipun
menjadi bhiksu namun Beliau tidak membina dengan bermeditasi dan pemutusan
kilesa. Namun cara pembinaan yang akan diajarkan Maitreya sangat berbeda,
Beliau menekankan pada keuletan membina dalam menjalankan lima pantangan dan
mengamalkan 10 kebajikan.
Dengan
kata lain fokus pada pembinaan Dharma secara positif dan bukan dengan paksaan
dan penyiksaan diri ( memutuskan kilesa dan keduniawian ). Dengan banyak
berbuat bajik, kejahatan akan lenyap dengan sendiri, diibaratkan seperti masuk
ke sebuah ruang gelap, namun tidak perlu bertanya bagaimana mengusir kegelapan
? Hanya perlu membuka lampu, kegelapan pun akan hilang dengan sendirinya.
Maitreya dengan raga dan kehidupan seperti manusia awam namun pada akhirnya
mencapai Kebuddhaan. Ini menunjukkan bahwa meskipun hidup di dunia sebagai
manusia awam, namun jika membina diri juga dapat menjadi Buddha.
4. Sutra
Kedatangan Maitreya ke Dunia
Sutra
ini selain menjelaskan tentang kelahiran Maitreya di dunia, meninggalkan
keluarga membina diri hingga mencapai pencerahan di pohon Puspanaga, sutra ini juga
menjelaskan hubungan penerusan antara Buddha Sakyamuni dengan Buddha Maitreya.
Maitreya adalah Buddha akan datang setelah Buddha Sakyamuni. Keluhuran
pencapaian Kebuddhaan Maitreya adalah pembinaannya di setiap kehidupan yang
tiada henti. Dharma, ajaran Sang Buddha Sakyamuni baik di masa lalu, sekarang
dan akan datang, akan diteruskan Maitreya di setiap kehidupannya. Ajaran
Maitreya sangatlah fleksibel dan universal, barang siapa yang melafalkan nama
besar Buddha Maitreya, mendengar nama-Nya dan menghormati-Nya dapat menjalin
jodoh dharma dengan Buddha Maitreya, dapat disebut sebagai murid cinta kasih
atau murid Maitreya.
5. Sutra
Mahasambhava Maitreya
Sutra
ini membahas tentang kesadaran akan ketidakkekalan adalah langkah awal membina
diri, segala yang ada di dunia suatu hari akan musnah. Dengan menyadari hal
ini, baru bisa mengejar hidup yang abadi. Mengubah hidup yang terbatas menjadi
hidup yang tidak terbatas. Setiap Pembina perlu mengumpulkan kebajikan di
setiap kehidupannya. Mungkin saja pada suatu kehidupan pernah membina sebagai
murid Buddha Sakyamuni dan kelak akan terlahir lagi ke dunia membina di zaman
Maitreya. Hal ini mengungkapkan bahwa silsilah dharma bersifat berkelanjutan.
Meskipun
dalam sutra dikatakan Maitreya baru akan datang ke dunia pada lima milyar tahun
lebih mendatang, namun ini hanya mewakili suatu angka, angka menunjukkan adanya
batas. Berdasarkan maksud dari Buddha Sakyamuni, Maitreya kelak pasti akan
menjadi Buddha di dunia ini, dan terwujudnya bumi suci Maitreya sangat
mengandalkan usaha pembinaan manusia dan bukan hanya sekedar menunggu. Jika
harus menunggu, lima milyar tahun lebih adalah waktu yang sangat panjang.
Asalkan setiap orang berjuang dalam pembinaan ini, bumi suci pun dapat terwujud
pada saat sekarang juga. Saat itu, seperti yang disabdakan Buddha Sakyamuni
bahwa Buddha Maitreya dapat kita jumpai di dunia.
Maitreya
walau masih sebagai Bodhisatva di surga Tusita, namun petunjuk dari Buddha
Sakyamuni kelak menjadi Buddha. Sesungguhnya semua Buddha sebelumnya adalah
Bodhisatva, setiap Bodhisatva harus melalui pembinaan berkali-kali kehidupan
untuk dapat mencapai tingkat Kebuddhaan. Sutra in tidak berpanjang lebar
menjelaskan asal mula dan perkembangan keyakinan terhadap Maitreya. Yang
menjadi fokus adalah perjuangan pembinaan Buddha Maitreya.
Sejarah
pembinaan Buddha Maitreya dari saat masih sebagai Bodhisatva hingga menjadi
Buddha sama dengan Buddha Sakyamuni. Sama harus melalui pemupukan amal
kebajikan dan pembinaan diri dalam berkalpa kehidupan . Mencapai Kebudhaan
adalah buah pencapaian terakhir, yang berbeda adalah proses dan caranya.
Mungkin saja dalam raga yang berbeda, ajaran sebagai acuan pembinaan berbeda
namun semuanya tetap bergantung pada amal kebajikan dan pelenyapan dosa yang
dilakukan dalam setiap kehidupan. Kelak perjalanan pembinaan kita akan
menentukan hasil yang tidak bisa diketahui, berdasarkan pemahaman manusia hal
ini dikatakan tak dapat dibayangkan atau diduga. Perjalanan pembinaan yang tak
bisa dibayangkan ini adalah “ Menjadi Buddha “.
Dalam
Sutra Kelahiran Bodhisatva, Sang Buddha berkata kepada Maitreya,” Jika aku
berusia ratusan tahun maka engkau berusia 84.000 tahun. Aku dilahirkan di negara
tanah, engkau lahir di negara emas, hidupku penuh penderitaan namun hidupmu
penuh kebahagiaan.” Makna yang disampaikan adalah ciri khas dan keistimewaan
ajaran Maitreya yaitu universal, fleksibel dan tidak meninggalkan keduniawian,
bahkan Buddha Maitreya tidak memilih tinggal di dunia yang suci dan kudus namun
ia akan mendirikan bumi suci di dunia ini. Ini membuktikan juga adanya
penyesuaian ajaran Maitreya terhadap zaman dan perkembangan kehidupan manusia.
***
No comments:
Post a Comment