May 6, 2013

~ Rangkuman Sutra Penting Tentang Buddha Maitreya ~


Rangkuman Sutra Penting Tentang Buddha Maitreya

1. Sutra Sarvajna Prabha Manusya Deva berpantang Daging
Berdasarkan catatan sutra tersebut, Sang petapa di masa lampau memuja Maitreya sebagai guru. Ajaran Maitreya adalah Catur Paramita, inti dari ajaran yang disampaikan adalah penerapan cinta kasih. Saat itu petapa tak hanya memuja Maitreya sebagai guru bahkan berikrar di kehidupan berikutnya dapat mencapai kebuddhaan dengan nama Maitreya. Dari sini Beliau mulai membina diri, menjalani hidup dengan berpindapata dan fokus dalam pembinaan hati. Dalam perjalanan pembinaannya, beliau tiba di sebuah
Negara, namun disayangkan Negara tersebut dipimpin oleh raja yang bejat, dan tidak mencintai rakyat. Suatu hari hujan turun tiada henti sehingga terjadi bencana banjir bah. Karena banjir, sang petapa tidak dapat memperoleh makanan selama tujuh hari. Melihat hal ini, seekor induk kelinci yang dapat merasakan kebajikan sang petapa merasa tergugah dan bertekad mengorbankan tubuhnya untuk dipersembahkan kepada petapa. Tekad sang ibu terdengar oleh anak kelinci, segeralah anak kelinci lebih dulu menerjunkan diri ke dalam kobaran api dan kemudian disusul oleh induk kelinci.

Setelah mengetahui adanya peristiwa pengorbanan dua ekor kelinci ini, Sang petapa tergugah dan menjadi sedih lalu berkata : “ Lebih baik aku membunuh diriku dan mengorbankan mataku, aku rela menerima berbagai penderitaan daripada harus menyantap daging sesama makhluk hidup.” Seperti yang disabdakan Sang Buddha, seorang yang memakan daging, pengamalan cinta kasihnya tidak akan sempurna, pendek umur dan banyak penyakit yang menggerogoti tubuh, tersesat dalam tumimbal lahir, tak bisa mencapai Kebuddhaan. Oleh sebab itu sang petapa menegakkan ikrar,” Disetiap kelahiranku yang berikutnya, sebetikpun tak terbetik niat membunuh dan memakan daging, menempuh jalan Kebuddhaan mencapai kesucian.” Setelah itu petapa juga melompat ke dalam api dan wafat. Induk kelinci pada saat itu adalah Buddha Sakyamuni dan anak kelinci adalah Rahula, 500 ekor kelinci adalah 500 murid Sang Buddha, sedangkan petapa adalah Bodhisatva Maitreya.

Hal penting yang tercantum dalam sutra ini adalah, Sang Petapa memuja Maitreya sebagai guru pada setiap kehidupan berikutnya. Ia mencapai Buddha dengan gelar Maitreya. Jadi sesungguhnya Maitreya bukan hanya menunjuk kepada Buddha Maitreya semata, melainkan siapa saja yang membina dalam ajaran maitri karuna dan mencapai Kebuddhaan akan bergelar Maitreya. Maitreya berarti cinta kasih, cinta kasih adalah kebahagiaan dan kesukacitaan, agar seluruh makhluk hidup dapat berbahagia. Syarat utama adalah tidak melakukan pembunuhan, tidak memakan daging. Ini adalah tugas pokok menjalankan ajaran Maitreya .

2. Sutra Pertanyaan tentang Nazar Bodhisatva Maitreya
Hal penting yang disampaikan sutra ini adalah penjelasan perbedaan metode pembinaan Buddha Sakyamuni dengan Buddha Maitreya. Pada masa pembinaan Buddha Sakyamuni, segala yang dimiliki dapat dikorbankan, termasuk istri, anak, organ tubuh, kekuasaan, harta benda ,darah, daging bahkan nyawa sendiri demi mencapai kesadaran sejati. Sedangkan Buddha Maitreya di dalam pembinaannya tidak mengorbankan apapun seperti telinga,hidung, mata, tangan, kaki, nyawa, harta benda, anak, istri, kekuasaan dan lainnya. Melainkan dengan fleksibilitas dan teknik pembinaan yang sukacita hingga mencapai kebenaran tertinggi. Buddha Maitreya pagi hingga malam berpakaian rapi dengan penuh hormat berlutut menghadap 10 penjuru alam dan bersabda :” Aku bertobat atas segala dosa dan kekhilafan, bertekad membantu semua mekhluk mencapai kesadaran, bersujud dan memohon kepada para Buddha demi mencapai kesempurnaan tertinggi.”

Makna penting dari kitab ini adalah ikrar yang ditegakkan kelak menentukan arah pembinaan. Pembinaan Maitreya yang fleksibel, luwes dan leluasa. Pertama : bertobat, instropeksi ke dalam hati mencari dosa dan kesalahan diri, senantiasa tahu dan mawas akan setiap perbuatan diri barulah bisa menapaki langkah awal pembinaan mencapai kesempurnaan.
Kedua : membantu orang lain. Membantu orang lain adalah perbuatan yang dapat mengikis ketamakan dalam diri dan melapangkan hati. Bertobat dan menyesali dosa adalah pembinaan yang menyempurnakan kebajikan sendiri. Ini adalah pembinaan yang harus dijalani setiap orang untuk mencapai Bodhisatva. Dalam usaha bertobat dan menyelamatkan orang lain, mungkin tidak akan cukup hanya mengandalkan kekuatan pribadi, perlu mengandalkan kekuatan para Buddha.

Ketiga adalah bersujud dan menghormati para Buddha, ini bukan hanya sikap merendahkan hati, lebih-lebih sebagai awal dari menghormati segalanya, segalanya dihormati. Dari menghormati Buddha berkembang hingga dapat menghormati laksa benda, ini adalah satu pribadi serta jiwa yang sangat luhur. Dengan dapat menjalankan ketiga teknik pembinaan Maitreya yaitu bertobat, penyelamatan makhluk, menghormati para Buddha, terakhir akan mencapai kebijaksanaan tiada tara. Maitreya adalah Buddha masa depan. Cara pembinaannya lebih sesuai dengan umat manusia di zaman sekarang ini.

3. Sutra Bodhisatva Maitreya Mencapai Surga Tusita
Point penting dalam sutra ini adalah Buddha Sakyamuni bersabda bahwa Ajita ( nama Maitreya ) kelak akan menjadi Buddha. Ajita seperti manusia pada umumnya, meskipun sebagai bhiksu, namun ia tidak membina dengan meditasi dan pelepasan kilesa. Sang Buddha mengatakan Ajita kelak pasti menjadi Buddha.
Maitreya dikenal sebagai Bodhisatva. Didalam sutra juga tertulis untuk menjadi murid Maitreya harus mematuhi lima pantangan, bervegetarian, senantiasa menuntut pembinaan diri dan berbuat kebajikan. Kelak Bodhisatva Maitreya akan menjadi penuntun umat manusia menuju kecemerlangan. Bagi yang melafalkan, mendengarkan dan menghormati Nama Agung Maitreya dapat menghapus laksa kalpa dosa yang tak terhingga.

Inti yang disampaikan kitab ini adalah Maitreya kelak merupakan pengharapan semua makhluk yang ada di dunia. Adalah Buddha akan datang setelah Buddha Sakyamuni. Buddha Maitreya tak hentinya membina dalam setiap kehidupan, hingga mencapai kedudukan suci “Bodhisatva yang menyempurnakan kebajikan” artinya asalkan sekali lagi terlahir kembali, Beliau pasti akan menjadi Buddha. Yang istimewa adalah ciri khas pembinaan Maitreya yang seperti manusia pada umumnya, meskipun menjadi bhiksu namun Beliau tidak membina dengan bermeditasi dan pemutusan kilesa. Namun cara pembinaan yang akan diajarkan Maitreya sangat berbeda, Beliau menekankan pada keuletan membina dalam menjalankan lima pantangan dan mengamalkan 10 kebajikan.

Dengan kata lain fokus pada pembinaan Dharma secara positif dan bukan dengan paksaan dan penyiksaan diri ( memutuskan kilesa dan keduniawian ). Dengan banyak berbuat bajik, kejahatan akan lenyap dengan sendiri, diibaratkan seperti masuk ke sebuah ruang gelap, namun tidak perlu bertanya bagaimana mengusir kegelapan ? Hanya perlu membuka lampu, kegelapan pun akan hilang dengan sendirinya. Maitreya dengan raga dan kehidupan seperti manusia awam namun pada akhirnya mencapai Kebuddhaan. Ini menunjukkan bahwa meskipun hidup di dunia sebagai manusia awam, namun jika membina diri juga dapat menjadi Buddha.

4. Sutra Kedatangan Maitreya ke Dunia
Sutra ini selain menjelaskan tentang kelahiran Maitreya di dunia, meninggalkan keluarga membina diri hingga mencapai pencerahan di pohon Puspanaga, sutra ini juga menjelaskan hubungan penerusan antara Buddha Sakyamuni dengan Buddha Maitreya. Maitreya adalah Buddha akan datang setelah Buddha Sakyamuni. Keluhuran pencapaian Kebuddhaan Maitreya adalah pembinaannya di setiap kehidupan yang tiada henti. Dharma, ajaran Sang Buddha Sakyamuni baik di masa lalu, sekarang dan akan datang, akan diteruskan Maitreya di setiap kehidupannya. Ajaran Maitreya sangatlah fleksibel dan universal, barang siapa yang melafalkan nama besar Buddha Maitreya, mendengar nama-Nya dan menghormati-Nya dapat menjalin jodoh dharma dengan Buddha Maitreya, dapat disebut sebagai murid cinta kasih atau murid Maitreya.

5. Sutra Mahasambhava Maitreya
Sutra ini membahas tentang kesadaran akan ketidakkekalan adalah langkah awal membina diri, segala yang ada di dunia suatu hari akan musnah. Dengan menyadari hal ini, baru bisa mengejar hidup yang abadi. Mengubah hidup yang terbatas menjadi hidup yang tidak terbatas. Setiap Pembina perlu mengumpulkan kebajikan di setiap kehidupannya. Mungkin saja pada suatu kehidupan pernah membina sebagai murid Buddha Sakyamuni dan kelak akan terlahir lagi ke dunia membina di zaman Maitreya. Hal ini mengungkapkan bahwa silsilah dharma bersifat berkelanjutan.

Meskipun dalam sutra dikatakan Maitreya baru akan datang ke dunia pada lima milyar tahun lebih mendatang, namun ini hanya mewakili suatu angka, angka menunjukkan adanya batas. Berdasarkan maksud dari Buddha Sakyamuni, Maitreya kelak pasti akan menjadi Buddha di dunia ini, dan terwujudnya bumi suci Maitreya sangat mengandalkan usaha pembinaan manusia dan bukan hanya sekedar menunggu. Jika harus menunggu, lima milyar tahun lebih adalah waktu yang sangat panjang. Asalkan setiap orang berjuang dalam pembinaan ini, bumi suci pun dapat terwujud pada saat sekarang juga. Saat itu, seperti yang disabdakan Buddha Sakyamuni bahwa Buddha Maitreya dapat kita jumpai di dunia.

Maitreya walau masih sebagai Bodhisatva di surga Tusita, namun petunjuk dari Buddha Sakyamuni kelak menjadi Buddha. Sesungguhnya semua Buddha sebelumnya adalah Bodhisatva, setiap Bodhisatva harus melalui pembinaan berkali-kali kehidupan untuk dapat mencapai tingkat Kebuddhaan. Sutra in tidak berpanjang lebar menjelaskan asal mula dan perkembangan keyakinan terhadap Maitreya. Yang menjadi fokus adalah perjuangan pembinaan Buddha Maitreya.

Sejarah pembinaan Buddha Maitreya dari saat masih sebagai Bodhisatva hingga menjadi Buddha sama dengan Buddha Sakyamuni. Sama harus melalui pemupukan amal kebajikan dan pembinaan diri dalam berkalpa kehidupan . Mencapai Kebudhaan adalah buah pencapaian terakhir, yang berbeda adalah proses dan caranya. Mungkin saja dalam raga yang berbeda, ajaran sebagai acuan pembinaan berbeda namun semuanya tetap bergantung pada amal kebajikan dan pelenyapan dosa yang dilakukan dalam setiap kehidupan. Kelak perjalanan pembinaan kita akan menentukan hasil yang tidak bisa diketahui, berdasarkan pemahaman manusia hal ini dikatakan tak dapat dibayangkan atau diduga. Perjalanan pembinaan yang tak bisa dibayangkan ini adalah “ Menjadi Buddha “.

Dalam Sutra Kelahiran Bodhisatva, Sang Buddha berkata kepada Maitreya,” Jika aku berusia ratusan tahun maka engkau berusia 84.000 tahun. Aku dilahirkan di negara tanah, engkau lahir di negara emas, hidupku penuh penderitaan namun hidupmu penuh kebahagiaan.” Makna yang disampaikan adalah ciri khas dan keistimewaan ajaran Maitreya yaitu universal, fleksibel dan tidak meninggalkan keduniawian, bahkan Buddha Maitreya tidak memilih tinggal di dunia yang suci dan kudus namun ia akan mendirikan bumi suci di dunia ini. Ini membuktikan juga adanya penyesuaian ajaran Maitreya terhadap zaman dan perkembangan kehidupan manusia.
***






No comments:

Post a Comment