Kesuksesan dan nilai dari berkarya suci
bukan terletak pada hasil akhir, tetapi terletak pada bagaimana kita menjalani
proses berkarya itu sendiri. Adakah hati dan jiwa kita semakin bertumbuh? Saat
kita menghadapi berbagai macam kesulitan, rintangan, kesukaran, tantangan,
adakah semua itu membuat kita justru semakin kuat, sabar, semakin bersemangat
dan bahagia? Bertugas dan penderitaan, bertugas dan keletihan, bertugas dan
susah hati adalah satu kesatuan yang tidak dipisahkan. Tetapi disitulah
nilai-nilainya sehingga kita bisa terus bertumbuh. Jika kita terus
merefleksikan hal ini maka kita bisa berkarya suci dengan penuh semangat dan
bahagia.
1. Menjadi
Kuat dan Percaya Diri
Setiap tugas yang kita emban, yang diberikan oleh Sesepuh atau Pandita
sesungguhnya itu adalah tugas yang diberikan LAOMU kepada kita. LAOMU lah yang
memberi kita kesempatan ini. Jika LAOMU memberikan tugas, ini berarti LAOMU
mengasihi, percaya, dan sayang kepada kita. Selalulah merenung atas hakekat dan
kenyataan ini, dengan demikian kita akan senantiasa percaya diri.
Semua karya suci yang kita kerjakan berada dalam Misi Agung Buddha
Maitreya. Mengapa kita bisa punya kesempatan ikut dalam misi agungNya padahal
kita adalah manusia yang masih punya banyak dosa karma? Karena Buddha Maitreya
memberikan kepercayaan dan penghargaanNya kepada kita. Buddha Maitreya yakin dan
percaya kepada kita. Karena itu kita jangan merasa tak percaya diri atau merasa
susah. Tetapi mari kita memanfaatkan kepercayaan ini dengan terus menjadi kuat
dalam menghadapi setiap kesulitan dan rintangan.
2. Selalu Tabah dan Penuh Harapan
Ketika kesulitan dan tantangan sangat besar, selalulah tabah dan penuh
harapan. Karena kita tidak berjuang sendiri. LAOMU Iah gunung sandaran kita,
yang akan selalu mendukung kita. Buddha Maitreya adalah matahari hidup kita,
dengan senyum, kasih, dan maafnya, membuat kita penuh harapan. ShiZun - ShiMu
akan menuntun kedua tangan kita, menggandeng kita sehingga kita tidak
sendirian. Tak ada Iagi yang membuat kita takut menghadapi semua kesulitan itu.
3. Menderita Namun Bahagia
Semua kesulitan dan rintangan menguji kesungguhan dan kesepenuhan hati
kita. Adakah kita sungguh-sungguh dan sepenuh hati kepada LAOMU dan Buddha
Maitreya? Jika hanya menghadapi kesulitan saja kita jatuh dan mundur, berarti
kita belum sepenuh hati. Kualitas diri kita akan teruji dengan adanya ujian dan
cobaan ini. Dengan adanya ujian dan cobaan, barulah kita bisa mengenal diri
kita yang sesungguhnya, apakah kita benar-benar bertanggung jawab,
bersungguh-sungguh atau munafik. Iman yang sejati dan bakti yang sepenuh hati
akan terlihat jelas melalui ujian dan cobaan. Jika kita memiliki kesungguhan
hati maka kita akan selalu bahagia walau menderita. Inilah yang selalu ada
dalam hati YS Hao Ci Da Di.
4. Penderitaan Adalah Rahmat Yang Mulia
Setiap kita mengalami kesulitan dalam bertugas, ingatlah selalu bahwa
LAOMU mengasihi kita sehingga meminjam kesulitan dan rintangan untuk mensucikan
diri kita, mengimpas dosa karma dan mencemerlangkan Hati Nurani kita. Begitulah
LAOMU meminjam orang, benda dan tugas untuk melatih kita menjadi lebih baik
karena LAOMU mengasihi kita. Hal yang menyedihkan jika kita melakukan
kesalahan, tetapi tidak ada yang memberitahukan kepada kita. YS Hao Ci Da Di
bersabda, ”Setiap kali kamu mendapat fitnahan, kalau kamu sabar dan menerima
dengan ikhlas maka dosa karmamu akan banyak dikurangi. Orang yang suka
menfitnah orang, maka orang tersebut sama dengan membuang jasa pahalanya
sendiri”. Jadi kesulitan dan penderitaan adalah rahmat mulia, karena itu jangan
takut menghadapai kesulitan dan penderitaan dalam bertugas.
5.Semakin Besar Kesulitan, Semakin Bersemangat
Tanpa penderitaan dan kesulitan takkan ada kebajikan, kesucian,
kemuliaan dalam hidup dan pahala abadi sepanjang masa. Bagaimana seseorang
mempunyai kebajikan? Dari bertugas, dari bekerja kepada LAOMU , umat manusia dan
dari penderitaan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu sehingga
membentuk mutiara-mutiara dalam pribadinya. Terlihatlah kebesaran jiwanya,
kemurahan hatinya, cahaya kebijaksanaan dan kearifannya. Karena itu tanpa
penderitaan dan kesulitan tidak mungkin bisa terbangun kebajikan dalam pribadi
seseorang.
Dahulu YS Hao Ci Da Di menghadapi ujian yang sangat berat dari Sesepuh
Beliau dan dari berbagai pihak. Tetapi sedikitpun dalam hati beliau tidak
pernah mengeluh, menyalahkan orang lain. Dengan jiwa yang besar dan tegar,
Beliau menghadapi semua itu. Tetap bersikap hormat dan tulus. Berbagai
kesulitan dan cobaan inilah yang membentuk YS.Hao Ci Da Di menjadi pribadi
dengan kebajikan agung. Sungguh penderitaan adalah rahmat dan kita harus
semakin bersemangat walau tugas yang kita hadapi sulit. Karena itu berarti
kebajikan yang akan kita capai semakin tinggi dan semakin besar.
6. Selalu Ceria dan Bersukacita
Semua penderitaan dalam bertugas adalah singkat dan tak berarti bila
dibandingkan dengan kebahagiaan sejati dalam hidup abadi yang tak berkesudahan.
Tidak ada penderitaan yang tidak berlalu, tidak ada kesakitan yang tidak berlalu,
tidak ada kejahatan yang tidak berlalu, tidak ada kerajaan yang tidak berlalu. Tetapi
ada yang tak pernah berlalu, itulah kebajikan pada Nabi, Buddha dan Bodhisatva.
Kebajikan dan pahala yang mereka ukir abadi sepanjang masa. Dunia boleh
berakhir, tapi buah keringat, air mata para nabi, para suci itu abadi sepanjang
masa. Milikilah cita-cita luhur seperti ini. Jangan mudah kecewa dan sedih.
Selalulah ceria dan bersukacita dalam berkarya suci.
( Source : Majalah Maitreya - F.a.P )
No comments:
Post a Comment