April 20, 2019

BERKARYA SUCI

Demi dan Untuk Siapa ? 
Part 1

Demi dan untuk siapa kita berkarya suci? Jika pertanyaan ini diajukan kepada kita, apa jawaban kita? Mungkin ada yang berkarya suci demi untuk berbakti kepada orang tua atau demi LAOMU dan Buddha Maitreya. Ada yang berkarya suci demi vihara, demi Pandita, dan mungkin ada yang menjawab demi umat manusia dan jawaban lainnya. Jadi sesungguhnya demi dan untuk siapa kita berkarya suci? LAOMU dan Buddha Maitreya yang membutuhkan kita atau kita yang membutuhkan LAOMU dan Buddha Maitreya? Vihara yang membutuhkan kita atau kita yang membutuhkan vihara?

Sesungguhnya kitalah yang membutuhkan LAOMU dan Buddha Maitreya. Kitalah yang membutuhkan vihara. Karya suci adalah anugerah LAOMU bagi kita, sebuah kesempatan bagi kita untuk berkarya mengimpasi dosa karma, membangun berkah, untuk mengembangkan nurani cemerlang, untuk membangun pribadi mulia, untuk membalas rahmat Kasih Tuhan dan Budi Kebajikan Guru serta untuk mewujudkan misi Agung Buddha Maitreya.


Jika tak ada kesempatan ini, dengan cara apa kita bisa mengimpasi dosa karma dan mengembangkan nurani cemerlang, mana ada kesempatan bagi kita untuk ikut dalam misi agung Buddha Maitreya. Jika tak ada vihara, bagaimana kita bisa berkarya suci. Jadi akhirnya demi dan untuk siapa kita berkarya suci? Pahami apa nilai dan makna berkarya suci, maka kita akan dapat menjawab, demi dan untuk siapa kita berkarya suci.

Nilai dan Makna Berkarya Suci
1. Mengimpasi dosa karma, membangun berkah, menabung pahala
            Dosa karma adalah sumber semua penderitaan. Dosa karma juga membuat kita bertumimbal lahir. Selama dosa karma belum diimpas, maka jalan kembali ke LAOMU putus. Sesungguhnya perjuangan seorang manusia datang ke dunia yang paling utama adalah mengimpasi dosa karma.

MS Wang sering mengajukan pertanyaan,” Siapakah Buddha itu?” Kita tidak perlu mencari kesejatian, cuma kita perlu membuang kepalsuan. Kita tidak perlu mencari pahala, yang perlu adalah mengimpas dosa karma. Terimpasnya dosa karma secara otomatis itulah pahala. Hanya ada satu cara yang paling benar yaitu berkarya suci.

Berkarya Suci adalah membangun berkah dan menabung pahala. Bagaimana kita bisa melunasi dosa karma kita jika tidak mempunyai berkah dan pahala. Hanya dengan berkah pahala, dosa karma dapat diimpas.

Adanya rintangan hidup disebabkan karena dosa karma. Sehingga hidup menjadi tak lancar. Bukan berpasrah kepada nasib dan takdir. Nasib dan takdir bukan harga mati. Sesulit apapun hidup seseorang, itu bisa berubah. Satu-satunya cara mengimpasi dosa karma adalah dengan berkarya suci. Maka nasib dan takdir pun akan berubah menjadi lebih balk. Tidak perlu lagi khawatir akan masa depan. Apapun keadaan kita sekarang dan bagaimana nasib kita, yang penting kita membangun karya suci maka nasib kita bisa berubah sehingga takdir kita bisa berubah juga. Berkarya suci mengimpasi dosa, membangun berkah, dan menabung pahala, kunci menuju sukses dalam hidup, juga sukses Illahi. Tak ada kedudukan suci tanpa karya suci. Keharuman 10.800 tahun hanya didapat dari berkarya suci.

2. Mengembangkan Nurani Sadar Cemerlang
Bertugas berarti beiajar mengembangkan cinta kasih. Cinta kasih bukanlah kata-kata. Cinta kasih hanya dapat dijabarkan dengan perilaku. Melalui bertugas dan berkarya, di sanalah kita mengembangkan cinta kasih.

Bertugas juga sebagai sarana untuk mencemerlangkan kearifan dan kebijaksanaan. Kebijaksanaan terbentuk saat kita berhubungan dengan yang lain selama bertugas. Sepanjang sejarah manusia, hubungan antar manusia adalah masalah yang paling pelik. Dalam bertugas kita belajar berhubungan dengan manusia lain, belajar mengatasi masalah. Saat itulah kita belajar mengembangkan kearifan dan belajar menjadi bijaksana. Sehingga semakin bertugas semestinya semakin simpati bukannya kecewa. Semakin kita melihat kekurangan maka semakin kita merasa bertanggung jawab untuk menambal kekurangannya. Seperti Buddha Maitreya yang tetap datang ke dunia meskipun manusia licik dan egois. Beliau tetap datang dengan hati yang lapang dan wajah yang tetap tersenyum. Demikianlah kita menghadapi kesulitan dalam bertugas dengan senyuman dan kelapangan jiwa. Begitulah kita belajar untuk menjadi lebih bijak.

“ Satu-satunya cara mengimpasi dosa
karma adalah dengan berkarya suci.”

Semakin banyak dan semakin sulit tugas, semakin besar tantangan tugas maka semakin terlatih kekuatan dan ketegaran jiwa. Seperti tanaman yang diletakkan di dalam rumah terus, maka tanaman tersebut menjadi kurang kuat. Untuk menjadi kuat, tanaman tersebut harus diletakkan di luar secara bertahap. Lama kelamaan dia akan menjadi kuat. Seorang anak yang selalu dimanja, yang tak pernah menghadapi kesulitan, maka setelah besar dia akan tumbuh menjadi pemuda yang lemah. Begitu mendapat kesulitan, ia langsung putus asa dan jatuh. Bertugas akan melatih kita untuk semakin kuat dan tegar dalam jiwa. Jika kita mudah mundur karena sebuah kesulitan saja, selamanya kita tak akan pernah menjadi kuat.

Bertugas atau berkarya membuat kita mengenal diri sendiri. Saat berhadapan dengan orang lain dan masalah, saat itulah kita bisa mengenal seberapa besar kesabaran kita, apakah kita cukup percaya diri, apakah kita cukup tegar, apakah kita sudah bisa bertanggung jawab. Dengan mengenal diri sendiri barulah bisa memperbaiki diri untuk menuju nurani cemerlang.

3. Membina Kebajikan Luhur (Pribadi Mulia)
Nabi Kong Zi bersabda, “Membina hati dengan membina badan. ” Artinya mendisiplinkan hati tidak bisa tanpa mendisiplinkan badan, mendisiplinkan badan membantu mendisplinkan hati. Bagaimana mendisiplinkan badan, mengembangkan susila, melatih sikap rendah hati, tegar dan tahan derita dalam perilaku? Kita membutuhkan tugas. Seorang Bodhisatva tidak bisa menjadi Bodhisatva jika ia meninggalkan umat manusia karena umat manusia merupakan tempat bodhisatva dalam berkarya. Bodhisatva datang ke dunia karena umat manusia, Bodhisatva menderita demi umat manusia, Bodhisatva mencapai kesempurnaan karena umat manusia. Rintangan dan kesulitan saat menghadapi umat manusia itulah, seorang Bodhisatva melatih dirinya selama di dunia.

Orang yang tidak mempunyai pribadi yang baik akan dijauhi oleh orang lain. Kita memang tidak sempurna dalam pribadi, karena itu kita perlu membina pribadi kita melalui bertugas. Saat kita diberi tanggung jawab sebagai koordinator suatu acara, kita belajar bagaimana memimpin, memotivasi anggota panitia lain, sabar terhadap anggota yang tidak mau bekerja-sama, tetap bersemangat dan bersukacita, semua itu adalah nilai luhur bertugas. Disinilah kita mengembangkan pribadi mulia.


Usia kita semakin bertambah, pribadi harus ikut terus tumbuh. Jadikanlah tugas dan tanggung jawab di vihara sebagai proses pengembangan pribadi. Dari bertugas itu kita belajar menghancurkan ego dan kesombongan kita. Dari bertugas itulah kita bangun pribadi mulia seperti kerendahan hati, kesabaran, kebijaksanaan, keadilan, kebesaran jiwa, tahan derita, keuletan, pengorbanan, kerja keras, wibawa, persaudaraan, keramahan, percaya diri, disiplin, sopan, ketabahan, tenggang rasa, hormat, loyalitas, bakti, tahu malu, prikebenaran, optimisme, progresif, semangat juang, kelembutan, kedamaian, keharmonisan, dan sukacita. Dengan demikian, nilai luhur sebuah tugas bukan dinilai dari hasilnya, tetapi adalah pribadi menjadi semakin mulia dalam setiap proses yang kita jalani.

Bersambung ke part 2…..
( Source : Majalah Maitreya - F.a.P )

No comments:

Post a Comment