Demi dan Untuk Siapa ?
Part 1
Demi dan untuk siapa kita
berkarya suci? Jika pertanyaan ini diajukan kepada kita, apa jawaban kita?
Mungkin ada yang berkarya suci demi untuk berbakti kepada orang tua atau demi
LAOMU dan Buddha Maitreya. Ada yang berkarya suci demi vihara, demi Pandita,
dan mungkin ada yang menjawab demi umat manusia dan jawaban lainnya.
Jadi sesungguhnya demi dan untuk siapa kita berkarya suci? LAOMU dan Buddha
Maitreya yang membutuhkan kita atau kita yang membutuhkan LAOMU dan Buddha
Maitreya? Vihara yang membutuhkan kita atau kita yang membutuhkan vihara?
Sesungguhnya kitalah yang
membutuhkan LAOMU dan Buddha Maitreya. Kitalah yang membutuhkan vihara. Karya
suci adalah anugerah LAOMU bagi kita, sebuah kesempatan bagi kita untuk berkarya
mengimpasi dosa karma, membangun berkah, untuk mengembangkan nurani cemerlang,
untuk membangun pribadi mulia, untuk membalas rahmat Kasih Tuhan dan Budi
Kebajikan Guru serta untuk mewujudkan misi Agung Buddha Maitreya.
Jika tak ada kesempatan ini,
dengan cara apa kita bisa mengimpasi dosa karma dan mengembangkan nurani
cemerlang, mana ada kesempatan bagi kita untuk ikut dalam misi agung Buddha
Maitreya. Jika tak ada vihara, bagaimana kita bisa berkarya suci. Jadi akhirnya
demi dan untuk siapa kita berkarya suci? Pahami apa nilai dan makna berkarya
suci, maka kita akan dapat menjawab, demi dan untuk siapa kita berkarya suci.
Nilai dan Makna Berkarya
Suci
1. Mengimpasi dosa karma, membangun berkah, menabung pahala
Dosa karma adalah sumber semua penderitaan. Dosa karma juga membuat
kita bertumimbal lahir. Selama dosa karma belum diimpas, maka jalan kembali ke
LAOMU putus. Sesungguhnya perjuangan seorang manusia datang ke dunia yang
paling utama adalah mengimpasi dosa karma.
MS Wang sering mengajukan pertanyaan,”
Siapakah Buddha itu?” Kita tidak perlu mencari kesejatian, cuma kita perlu
membuang kepalsuan. Kita tidak perlu mencari pahala, yang perlu adalah
mengimpas dosa karma. Terimpasnya dosa karma secara otomatis itulah pahala.
Hanya ada satu cara yang paling benar yaitu berkarya suci.
Berkarya Suci adalah membangun berkah dan
menabung pahala. Bagaimana kita bisa melunasi dosa karma kita jika tidak
mempunyai berkah dan pahala. Hanya dengan berkah pahala, dosa karma dapat
diimpas.
Adanya rintangan hidup disebabkan karena dosa
karma. Sehingga hidup menjadi tak lancar. Bukan berpasrah kepada nasib dan
takdir. Nasib dan takdir bukan harga mati. Sesulit apapun hidup seseorang, itu
bisa berubah. Satu-satunya cara mengimpasi dosa karma adalah dengan berkarya
suci. Maka nasib dan takdir pun akan berubah menjadi lebih balk. Tidak perlu lagi khawatir akan masa depan. Apapun keadaan kita sekarang dan bagaimana nasib
kita, yang penting kita membangun karya suci maka nasib kita bisa berubah
sehingga takdir kita bisa berubah juga. Berkarya suci mengimpasi dosa,
membangun berkah, dan menabung pahala, kunci menuju sukses dalam hidup, juga
sukses Illahi. Tak ada kedudukan suci tanpa karya suci. Keharuman 10.800 tahun
hanya didapat dari berkarya suci.
2. Mengembangkan Nurani
Sadar Cemerlang
Bertugas berarti beiajar mengembangkan cinta
kasih. Cinta kasih bukanlah kata-kata. Cinta kasih hanya dapat dijabarkan
dengan perilaku. Melalui bertugas dan berkarya, di sanalah kita mengembangkan
cinta kasih.
Bertugas juga sebagai sarana untuk
mencemerlangkan kearifan dan kebijaksanaan. Kebijaksanaan terbentuk saat kita
berhubungan dengan yang lain selama bertugas. Sepanjang sejarah manusia,
hubungan antar manusia adalah masalah yang paling pelik. Dalam bertugas kita belajar
berhubungan dengan manusia lain, belajar mengatasi masalah. Saat itulah kita
belajar mengembangkan kearifan dan belajar menjadi bijaksana. Sehingga semakin
bertugas semestinya semakin simpati bukannya kecewa. Semakin kita melihat
kekurangan maka semakin kita merasa bertanggung jawab untuk menambal
kekurangannya. Seperti Buddha Maitreya yang tetap datang ke dunia meskipun
manusia licik dan egois. Beliau tetap datang dengan hati yang lapang dan wajah
yang tetap tersenyum. Demikianlah kita menghadapi kesulitan dalam bertugas
dengan senyuman dan kelapangan jiwa. Begitulah kita belajar untuk menjadi lebih
bijak.
“ Satu-satunya cara mengimpasi dosa
karma adalah dengan berkarya suci.”
Semakin banyak dan semakin sulit tugas,
semakin besar tantangan tugas maka semakin terlatih kekuatan dan ketegaran
jiwa. Seperti tanaman yang diletakkan di dalam rumah terus, maka tanaman
tersebut menjadi kurang kuat. Untuk menjadi kuat, tanaman tersebut harus
diletakkan di luar secara bertahap. Lama kelamaan dia akan menjadi kuat. Seorang
anak yang selalu dimanja, yang tak pernah menghadapi kesulitan, maka setelah
besar dia akan tumbuh menjadi pemuda yang lemah. Begitu mendapat kesulitan, ia
langsung putus asa dan jatuh. Bertugas akan melatih kita untuk semakin kuat dan
tegar dalam jiwa. Jika kita mudah mundur karena sebuah kesulitan saja,
selamanya kita tak akan pernah menjadi kuat.
Bertugas atau berkarya membuat kita mengenal diri sendiri. Saat berhadapan dengan orang lain dan masalah, saat itulah kita
bisa mengenal seberapa besar kesabaran kita, apakah kita cukup percaya diri,
apakah kita cukup tegar, apakah kita sudah bisa bertanggung jawab. Dengan
mengenal diri sendiri barulah bisa memperbaiki diri untuk menuju nurani
cemerlang.
3. Membina Kebajikan Luhur
(Pribadi Mulia)
Nabi Kong Zi bersabda, “Membina hati dengan
membina badan. ” Artinya mendisiplinkan hati tidak bisa tanpa mendisiplinkan
badan, mendisiplinkan badan membantu mendisplinkan hati. Bagaimana mendisiplinkan
badan, mengembangkan susila, melatih sikap rendah hati, tegar dan tahan derita
dalam perilaku? Kita membutuhkan tugas. Seorang Bodhisatva tidak bisa menjadi
Bodhisatva jika ia meninggalkan umat manusia karena umat manusia merupakan
tempat bodhisatva dalam berkarya. Bodhisatva datang ke dunia karena umat manusia,
Bodhisatva menderita demi umat manusia, Bodhisatva mencapai kesempurnaan karena
umat manusia. Rintangan dan kesulitan saat menghadapi umat manusia itulah, seorang
Bodhisatva melatih dirinya selama di dunia.
Orang yang tidak mempunyai pribadi yang baik
akan dijauhi oleh orang lain. Kita memang tidak sempurna dalam pribadi, karena
itu kita perlu membina pribadi kita melalui bertugas. Saat kita diberi tanggung
jawab sebagai koordinator suatu acara, kita belajar bagaimana memimpin,
memotivasi anggota panitia lain, sabar terhadap anggota yang tidak mau bekerja-sama,
tetap bersemangat dan bersukacita, semua itu adalah nilai luhur bertugas. Disinilah
kita mengembangkan pribadi mulia.
Usia kita semakin bertambah, pribadi harus
ikut terus tumbuh. Jadikanlah tugas dan tanggung jawab di vihara sebagai proses
pengembangan pribadi. Dari bertugas itu kita belajar menghancurkan ego dan
kesombongan kita. Dari bertugas itulah kita bangun pribadi mulia seperti kerendahan
hati, kesabaran, kebijaksanaan, keadilan, kebesaran jiwa, tahan derita,
keuletan, pengorbanan, kerja keras, wibawa, persaudaraan, keramahan, percaya
diri, disiplin, sopan, ketabahan, tenggang rasa, hormat, loyalitas, bakti, tahu
malu, prikebenaran, optimisme, progresif, semangat juang, kelembutan,
kedamaian, keharmonisan, dan sukacita. Dengan demikian, nilai luhur sebuah
tugas bukan dinilai dari hasilnya, tetapi adalah pribadi menjadi semakin mulia dalam
setiap proses yang kita jalani.
Bersambung
ke part 2…..
(
Source : Majalah Maitreya - F.a.P )
No comments:
Post a Comment