Salam Maitreya,
Hidup di dunia tak lepas dari cobaan dan
permasalahan. Ketika dihadapkan pada kondisi yang nyaris membuat depresi dan putus
asa, tentu mendekatkan diri kepada Buddha Maitreya melalui doa dan persujudan
adalah jalan yang terbaik di dalam upaya mencari solusi dan ketenangan hati.
Sebetulnya tak ada bahasa ataupun kata-kata yang
paling amburadul sekalipun yang tak akan dipahami Buddha Maitreya. Sebab Buddha
Maitreya melampaui segala batasan bahasa, aksara maupun ekspresi. Sekalipun
disampaikan dengan bahasa atau kalimat yang tersusun begitu indah dan puitis
Iayaknya seorang sastrawan, tetapi kalau tidak diikuti ketulusan hati maka doa
permohonan dan persujudan yang dilakukan akan sia-sia dan sulit mendapat
jawaban yang diharapkan.
Sebaliknya kendati dengan kata-kata atau bahasa yang
biasa saja dan latar belakang pendidikan yang tidak memadai atau pas-pasan,
namun ada ketulusan hati dan keimanan sejati di balik doa permohonan yang
dipanjatkan dan setiap persujudan yang dilakukan niscaya akan diberkati dan
terkabul sesuai harapan.
Yakin bahwa Buddha Maitreya akan memberi
kemukjizatan dan percaya Buddha Maitreya adalah Juru Selamat yang akan membawa
pengharapan ke arah yang lebih baik itulah kunci utama di dalam bersujud memanjatkan
doa permohonan.
Ada anggapan yang keliru bahwa bersujud memohon
sesuatu kepada Buddha Maitreya cukup dilakukan sekali saja dengan beberapa
ratus sujudan lantas selesai dan hanya tinggal menanti-nanti jawaban saja tanpa
diikuti usaha yang kontinu dan konsisten. Padahal persujudan yang tidak dilakukan
secara maksimal alias tidak kontinu dan konsisten akankah mendapat hasil yang
memuaskan dan diberkati?
Bukankah yang ingin dilihat Buddha Maitreya hanyalah
seberapa besar ketulusan hati kita dan sebatas mana usaha yang dilakukan demi
sebuah permohonan yang dipanjatkan? Kalau hanya bersujud sekali saja lalu
berharap ada jawaban dan kemukjizatan, mungkinkah itu?
Ketika bersujud memohon kepada Buddha Maitreya,
seringkali kita terlalu tercekat pada kemauan diri dan berusaha memaksakan
kehendak demi dikabulkan sesuai harapan ataupun keinginan kita. Berharap sembuh
lantas harus disembuhkan, berharap dipanjangkan usia lalu harus hidup
selamanya. Padahal doa yang terbaik dan bebas dari ketercekatan adalah menyerahkan
segalanya ke tangan Buddha Maitreya.
Kita boleh berharap dan memohon, tetapi hasil
akhirnya biarlah pasrah berserah diri kepada Buddha Maitreya. Buddha Maitreya
selalu tahu yang terbaik untuk kita. Apa yang kita anggap baik belum tentu yang
terbaik untuk kita. Sebaliknya apa yang kita anggap tidak baik kadang justru
yang terbaik untuk kita.
Meski sebuah cobaan atau masalah bagi kita adalah
buruk dan berat tetapi selalu ada hikmah indah yang tersimpan di baliknya.
Pasrah berserah diri kepada Buddha Maitreya adalah jalan yang terbaik.
Sesungguhnya doa dan persujudan yang termulia adalah
ketika dibarengi dengan upaya bertobat dan memperbaiki diri. Bukan memohon
tetapi bertobat. Bukankah kita hanyalah insan fana yang diliputi banyak
kesalahan dan dosa karma?
Ketika
bersujud memohon kepada Buddha Maitreya
seringkali
kita terlalu tercekat pada kemauan diri
dan
berusaha memaksakan kehendak demi dikabulkan
sesuai harapan ataupun keinginan kita.
Seringkali ketidaklancaran dan cobaan yang datang merupakan
buah dari perbuatan atau karma yang telah dilakukan. Ketika mampu bertobat di
dalam setiap doa persujudan yang diikuti upaya perbaikan diri, niscaya doa
permohonan yang dipanjatkan akan terkabul dan diberkati.
Seringkali kita menganggap doa yang dipanjatkan tak
pernah mendapat respon ataupun jawaban. Padahal kalau kita jeli dan arif
mengamati apa yang terjadi di sekeIiIing kita, sebetulnya doa permohonan yang
dipanjatkan itu sudah terjawab melalui orang-orang yang berada di sekeliling
kita ataupun peristiwa yang terjadi di depan mata kita.
Sayangnya kita terlalu lengah sehingga luput
menginsafi setiap jawaban yang telah diberikan Buddha Maitreya kepada kita.
Singkatnya, tak ada doa permohonan yang tak didengar dan tak ada persujudan
yang tak akan diterima asalkan dilakukan secara kontinu disertai niat untuk
bertobat memperbaiki diri, terutama dengan ketulusan hati dan keimanan sejati
kepada Buddha Maitreya.
Jadi jangan
pernah putus asa di dalam bersujud dan teruslah berjuang menjadi cucu murid Buddha
Maitreya yang diberkati.
Kasih Maitreya bersamamu !
(Source : Majalah Buddha Maitreya 2 )
No comments:
Post a Comment