Oleh : Maha Sesepuh Gautama Hardjono
(
Ditulis kembali oleh : Lin Lishan )
Andai kata tidak mengerti
hukum kebenaran, bagaimana bisa mencapai Nirvana? Hari ini kita telah
mendapatkan Jalan Ketuhanan yang begitu luhur dan mulla. Kita semua adalah
orang orang yang diberkati, di masa maha bencana akan melanda, Jodoh kebuddhaan
dan akar pembinaan yang kuat menghantarkan kita untuk mendapatkan satu inisiasi
sejati yang melampaui kelahiran dan mengakhiri kematian. Ini merupakan suatu kebenaran,
namun ini belumlah cukup.
Dalam langkah konkritnya
kita harus membina Ketuhanan. Jadi meskipun kita telah mendapatkan inisiasi
sejati dan jalan menuju nirwana telah terbentang luas, tapi kita masih harus
membina diri secara nyata. Kesempurnaan di nirvana ditentukan dari pengamalan
nyata dan perbuatan kita di dunia. Membina jalan ketuhanan, mengamalkan
kebenaran, barulah bisa mempunyai hari esok yang gilang gemilang.
Namun membina Ketuhanan
bukanlah hal yang mudah, namun juga bukan hal yang sulit untuk dilalui. Asal
tahu bagaimana melewati dan menjalaninya, maka membina Ketuhanan pun tak sulit
untuk dijalani. Untuk itu dimulai dari mengerti kebenaran dan belajar untuk
mengendalikan diri. Salah satu ilmu pengendalian diri yang luar biasa yang sudah
saya praktekkan sendiri adalah ilmu menelan air liur. Air liur ternyata
mempunyai banyak kegunaan. Di dalam tubuh kita, air liur adalah obat. Air liur
membantu tubuh membuang racun, membantu sistem pencernaan dan sirkulasi darah.
Namun air liur ternyata juga sangat berguna untuk membina diri. Apakah kaitan
menelan air liur dengan membina diri?
Setiap orang mempunyai
emosi. Emosi menyangkut perasaan. Manusia tanpa emosi seperti kayu atau batu
yang tak mempunyai perasaan. Namun membina Ketuhanan adalah belajar mengendalikan
emosi. Emosi yang berlebihan sangat tidak baik bagi pembinaan diri. Emosi yang
berlebihan dan meledak-Iedak akan membuat hubungan kita dengan orang lain jadi
tak baik. Menghadapi masalah dengan emosi yang berlebihan, tak akan bisa menyelesaikan
masalah. Malahan masalah menjadi bertambah besar.
Lalu bagaimana kita
menghadapi emosi kita saat masalah datang? Saat menghadapi berbagai ujian,
rintangan, masalah, difitnah, dimaki dan dinista, kita tidak perlu berdebat.
Cukup diam seribu bahasa, lalu praktekkanlah ilmu menelan air liur ini. Gampang
bukan? Mari kita bersama mempraktekkan ilmu menelan air liur ini, rela rugi,
dinista, dan selalu sabar.
Mengapa ada orang yang mudah
sekali marah? Karena ketika masalah datang, ia tidak dapat bersabar, sehingga
emosinya meledak ledak. Dalam membina jalan ketuhanan, ada teori, juga harus
ada praktek nyata, barulah bisa seimbang. Mengapa harus marah? Mengapa harus
dengan emosi yang meIedak-ledak? Cukup, telan air liur, tundukkan kepala dan
mengalah saja. Mengalah bukanlah tanda kalah. Mengalah justru tanda kita sudah
menang.
Kita sudah memenangkan diri
kita sendiri. Kita berhasil menaklukkan ego dan emosi diri kita sendiri. Bukankah
ini adalah kemenangan yang sesungguhnya? Selain itu, melalui momen ujian dan
rintangan, kita mengimpasi dosa karma kita. Bahkan kita perlu berterima kasih
kepada orang yang sudah memfitnah atau menghina kita karena telah memberikan
kesempatan kepada kita untuk melunasi dosa karma.
Kalau kita bisa
mempraktekkannya, kita adalah orang yang penuh berkah, karena sebenarnya, saat
kita dinista, kita sedang menerima berkah berlimpah dari Tuhan. Manusia bisa
merugikan manusia yang lain, tapi Tuhan tidak akan merugikan manusia. Saat kita
tidak bersalah, namun disalahkan, mari kita berterima kasih kepada Bunda Ilahi
karena memberi kesempatan bagi kita melunasi karma.
Dipuji kelihatannya adalah
suatu hal yang baik, tapi di balik semua itu terdapat hal yang tidak baik.
Manusia awam umumnya suka dipuji, suka diangkat tinggi-tinggi. Semakin diangkat
dan dipuji, tahukah kita bahwa itu semakin berbahaya? Saat itu, kita sudah
tidak sadar dengan kesalahan kita.
“ Dipuji
kelihatannya adalah suatu hal yang baik,
tapi dibalik
semua itu terdapat hal yang tidak baik.
Manusia awam umumnya
suka dipuji,
suka diangkat
tinggi-tinggi.
Semakin
diangkat dan dipuji,
tahukah kita
bahwa itu semakin berbahaya ? “
Kita cenderung menjadi
angkuh, sombong dan takabur. Zi Lu
merupakan salah satu murid nabi Konfucius yang sangat terkenal. Ketika Beliau
dipuji mempunyai kebajikan yang luar biasa, beliau sangat takut, was-was dan
waspada. Mengapa demikan? Karena beliau takut beliau akan menanggung dosa
kejahatan. Sebaliknya, saat ditegur atas kesalahannya, beliau akan sangat
berterima kasih karena telah diberikan
petunjuk.
Mengapa hidup manusia tidak
lancar? Karena kita dibelenggu oleh dosa karma yang berat. Membina diri artinya
kita sedang membersihkan hati nurani kita. Marilah kita berintrospeksi diri,
menilik kembali ke dalam diri sendiri. Hanya dengan demikian baru bisa mencapai
keberhasilan. Jangan hanya memperlihatkan formalitas kulit luar saja. Membina ketuhanan
akan berhasil jika hati kita tidak berubah dan setia. Jika hati berubah, sulit mempertanggung-jawabkan
secara nurani.
Poin utamanya, mari kita
dengan perjuangan badan jasmani mengimpasi dosa karma kita. Membina ketuhanan
bukanlah hal yang bodoh. Sebaliknya, hanya orang yang bijaksana yang mau
membina jalan ketuhanan. Mari kita bersama menyongsong hari esok yang cerah.
Membina jalan ketuhanan dengan sejati dan mengamalkan dengan nyata bisa merubah
nasib hidup kita. Membina ketuhanan tidak perlu resah dan khawatir. Serahkan
seluruh hidup kita dibawah pengaturan Tuhan Ilahi, karena Tuhan tidak akan pernah mengecewakan seorang pembina
sejati.
Dan jangan lupa telan air liur saat hadapi ujian dan rintangan!
( Source : Majalah Maitreya - F.a.P )
No comments:
Post a Comment