April 16, 2019

Makna Berkarya Suci


~ Menunaikan Panggilan Nurani ~

Berkarya Suci sumber kebahagiaan.
Berkarya Suci mendatangkan kedamaian hidup.
Berkarya Suci membuat hidup penuh berkah.
Berkarya Suci mendatangkan anugerah dan lindungan.
Berkarya Suci membuat hidup mulia, agung, indah dan
berwibawa.



Seorang umat bertanya mengapa di vihara kita harus menyapu, mengepel, mencuci piring, memasak, mengantar umat pulang, melayani umat, hingga mencuci WC? Mengapa kita tidak hanya datang sembahyang dan dengar ceramah saja lalu pulang? Bukankah ini lebih simpel dan tidak merepotkan?

Sedangkan tugas vihara kan bisa dikerjakan oleh pandita beserta para viharawan/ wati. Mengapa kita harus bertugas dan mengerjakan semua itu? Pertanyaan ini sering menjadi pertanyaan umat. Apalagi di tengah kesibukan sebagai pelajar, mahasiswa, karyawan, pengusaha, orang tua dan lain sebagainya, mengatur waktu untuk bertugas di vihara, merupakan sebuah kesulitan yang akhirnya membuat kita menyerah dan bertanya-tanya mengapa harus xing gong liao yuan ?

Membina Ketuhanan tidak lepas dari kehidupan bertugas, berkarya suci atau xing gong liao yuan. Jadi membina Ketuhanan tidak bisa hanya datang sembahyang, berdoa atau hanya mendengarkan ceramah. Sembahyang, bertobat dan berkarya suci adalah tiga hal utama yang harus dilaksanakan secara bersamaan oleh seorang pembina Ketuhanan.

Xing gong artinya membangun kebajikan, membangun pahala. Liao yuan artinya menunaikan ikrar, menunaikan panggilan nurani atau mengerjakan kewajiban nurani. Jadi berkarya suci sesungguhnya adalah melaksanakan panggilan nurani atau kewajiban nurani. Inilah yang membuat para Buddha Bodhisatva, para suci, Shi Zun-Shi Mu, Hao Ci Da Di, semasa hidup mereka terus berkarya suci. Dan mereka terus datang untuk mengerjakan panggilan nurani yaitu berkarya suci. Dan gegap gempitanya kisah perjuangan para Buddha Bodhisatva bukan dilihat dari kotbahnya tetapi dari dedikasinya dan karyanya bagi umat manusia. Hal-hal yang menyentuh nurani umat manusia justru terletak pada perjuangannya dalam membimbing, mendidik dan melayani umat manusia. Dari sanalah kebijaksanaan dan cinta kasih seorang Buddha terpancarkan.

“ Mengapa di Vihara
kita harus menyapu, mengepel, mencuci piring,
memasak, mengantar umat pulang,
melayani umat, hingga mencuci WC ? “

Yang Suci Hao Ci Da Di bersabda, ”Buddha ada dalam hati, kebenaran ada dalam perilaku.” Kebuddhaan bertumbuh dari hati, tetapi diwujudkan dalam prilaku. Yang dimaksud perilaku adalah apa yang dikerjakan dan apa yang dikaryakan. Karena itu beliau mengatakan badan ini sungguh berharga karena badan ini kita bisa berkarya dan bertugas. Dengan adanya badan kita bisa xing gong liao yuan. Karena badan adalah alat untuk bertugas dan berkarya suci. Tanpa badan, hidup menjadi tak berharga. Hidup juga menjadi sia-sia jika badan ini digunakan dengan sia-sia yaitu hanya untuk berbuat dosa. Namun hidup menjadi berharga jika hidup ini kita isi dengan karya-karya suci.

Seseorang disebut manusia awam karena dia tidak berkarya  suci, bahkan hidupnya sia-sia karena dia bukan saja tidak berkarya suci, tapi dia telah berbuat dosa. Jadi hidup seseorang itu bermakna atau tidak bermakna, dinilai dari karya-karyanya bagi umat manusia.

Berkarya suci karena panggilan nurani akan mendatangkan kebahagiaan. Semakin berkarya semakin bahagia, semakin berkarya jiwa semakin damai.Para Sesepuh dulu berjuang dalam kesulitan, kemiskinan dan kesengsaraan, tapi hidup mereka penuh dengan kebahagiaan. Inilah kekuatan dari berkarya suci. Hidup boleh saja miskin, tetapi kaya dalam jiwa, damai dalam nurani. Telah menunaikan panggilan nurani, apa yang menjadi kewajiban nurani telah dikerjakan, pasti nurani akan damai dan bahagia.


( Source : Majalah Maitreya - F.a.P )

No comments:

Post a Comment