~ Menunaikan Panggilan Nurani ~
Berkarya Suci sumber kebahagiaan.
Berkarya Suci mendatangkan kedamaian hidup.
Berkarya Suci membuat hidup penuh berkah.
Berkarya Suci mendatangkan anugerah dan lindungan.
Berkarya Suci membuat hidup mulia, agung, indah dan
berwibawa.
Seorang
umat bertanya mengapa di vihara kita harus menyapu, mengepel, mencuci piring,
memasak, mengantar umat pulang, melayani umat, hingga mencuci WC? Mengapa kita
tidak hanya datang sembahyang dan dengar ceramah saja lalu pulang? Bukankah ini
lebih simpel dan tidak merepotkan?
Sedangkan
tugas vihara kan bisa dikerjakan oleh pandita beserta para viharawan/ wati.
Mengapa kita harus bertugas dan mengerjakan semua itu? Pertanyaan ini sering
menjadi pertanyaan umat. Apalagi di tengah kesibukan sebagai pelajar,
mahasiswa, karyawan, pengusaha, orang tua dan lain sebagainya, mengatur waktu
untuk bertugas di vihara, merupakan sebuah kesulitan yang akhirnya membuat kita
menyerah dan bertanya-tanya mengapa harus xing
gong liao yuan ?
Membina
Ketuhanan tidak lepas dari kehidupan bertugas, berkarya suci atau xing gong
liao yuan. Jadi membina Ketuhanan tidak bisa hanya datang sembahyang, berdoa
atau hanya mendengarkan ceramah. Sembahyang, bertobat dan berkarya suci adalah
tiga hal utama yang harus dilaksanakan secara bersamaan oleh seorang pembina
Ketuhanan.
Xing
gong artinya membangun kebajikan, membangun pahala. Liao yuan artinya
menunaikan ikrar, menunaikan panggilan nurani atau mengerjakan kewajiban nurani.
Jadi berkarya suci sesungguhnya adalah melaksanakan panggilan nurani atau
kewajiban nurani. Inilah yang membuat para Buddha Bodhisatva, para suci, Shi Zun-Shi
Mu, Hao Ci Da Di, semasa hidup mereka terus berkarya suci. Dan mereka terus
datang untuk mengerjakan panggilan nurani yaitu berkarya suci. Dan gegap
gempitanya kisah perjuangan para Buddha Bodhisatva bukan dilihat dari kotbahnya
tetapi dari dedikasinya dan karyanya bagi umat manusia. Hal-hal yang menyentuh
nurani umat manusia justru terletak pada perjuangannya dalam membimbing,
mendidik dan melayani umat manusia. Dari sanalah kebijaksanaan dan cinta kasih
seorang Buddha terpancarkan.
“
Mengapa di Vihara
kita
harus menyapu, mengepel, mencuci piring,
memasak,
mengantar umat pulang,
melayani
umat, hingga mencuci WC ? “
Yang
Suci Hao Ci Da Di bersabda, ”Buddha ada dalam hati, kebenaran ada dalam
perilaku.” Kebuddhaan bertumbuh dari hati, tetapi diwujudkan dalam prilaku.
Yang dimaksud perilaku adalah apa yang dikerjakan dan apa yang dikaryakan.
Karena itu beliau mengatakan badan ini sungguh berharga karena badan ini kita
bisa berkarya dan bertugas. Dengan adanya badan kita bisa xing gong liao yuan.
Karena badan adalah alat untuk bertugas dan berkarya suci. Tanpa badan, hidup
menjadi tak berharga. Hidup juga menjadi sia-sia jika badan ini digunakan
dengan sia-sia yaitu hanya untuk berbuat dosa. Namun hidup menjadi berharga
jika hidup ini kita isi dengan karya-karya suci.
Seseorang
disebut manusia awam karena dia tidak berkarya
suci, bahkan hidupnya sia-sia karena dia bukan saja tidak berkarya suci,
tapi dia telah berbuat dosa. Jadi hidup seseorang itu bermakna atau tidak
bermakna, dinilai dari karya-karyanya bagi umat manusia.
Berkarya
suci karena panggilan nurani akan mendatangkan kebahagiaan. Semakin berkarya
semakin bahagia, semakin berkarya jiwa semakin damai.Para Sesepuh dulu berjuang
dalam kesulitan, kemiskinan dan kesengsaraan, tapi hidup mereka penuh dengan
kebahagiaan. Inilah kekuatan dari berkarya suci. Hidup boleh saja miskin,
tetapi kaya dalam jiwa, damai dalam nurani. Telah menunaikan panggilan nurani,
apa yang menjadi kewajiban nurani telah dikerjakan, pasti nurani akan damai dan
bahagia.
(
Source : Majalah Maitreya - F.a.P )
No comments:
Post a Comment