June 23, 2014

~ Bukan Hanya Sebagai Suami Atau Istri ~


Keluarga yang rukun dan harmonis adalah harapan dari setiap keluarga. Namun membangun keluarga yang harmonis, bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Dua insan manusia yang berbeda dalam banyak hal, kini disatukan untuk membangun sebuah keluarga. Sering percekcokan terjadi hanya karena masalah yang sepele, yang satu merasa tak dihormati sebagai kepala keluarga, yang satu merasa direndahkan.

Kedudukan suami atau istri dalam keluarga, bukanlah sekedar suami atau istri bagi pasangannya, tapi jadilah ayah atau ibu, saudara, sahabat, dan guru bagi pasangan Anda.


1 . Jadilah ayah atau ibu bagi pasangan Anda

Ayah dan ibu adalah sosok yang sangat kita hormati karena ayah dan ibu selalu mengasihi anak- anaknya. Saat anaknya sakit, orang tualah yang paling kuatir, saat anaknya menghadapi kemalangan maka orang tualah yang paling sedih, saat anaknya mendapatkan kesuksesan, maka orang tualah yang paling berbahagia. Ayah dan ibu, memberi tiada pamrih, mengasihi tiada keluhan, membimbing dan menasehati tanpa pantang menyerah. Sebagai suami, jadilah seperti ayah bagi pasangan Anda. Sosok seorang ayah adalah sosok pengayom, maka jadilah pengayom bagi pasangan Anda. Pasangan Anda akan merasa tenang bersama Anda karena sikap yang mengayomi dan melindungi Anda. Sebagai istri, jadilah seperti ibu bagi pasangan Anda, yang penuh perhatian dan kasih. Sosok ibu penuh dengan kelembutan dan kesabaran, tenang dan tegar. Pasangan Anda akan nyaman bersama Anda karena sikap Anda yang tenang, sabar, dan lembut. Seperti seorang ibu yang menghadapi kesulitan rumah tangga dengan ketabahan, tentu akan membuat suami pun akan kembali semangat menghadapi setiap kesulitannya.

Sebagai istri, saat suami Anda pulang, sambut dengan hangat dan senyuman, suguhkan minuman yang
terbaik yang dimiliki untuk suami Anda . Sapalah dengan kata-kata yang hangat dan menyejukkan. Suami sudah capek pulang dari kerja, jangan dibebani dengan berbagai permasalahan rumah tangga. Carilah situasi yang lebih santai, jika Anda ingin mendiskusikan masalah rumah tangga atau masalah anak kepada suami. Seorang sahabat menceritakan bahwa sampai sekarang dia selalu memakaikan kaos kaki dan sepatu suaminya sebelum suaminya berangkat ke kantor. Dan itu dia lakukan hingga sekarang usia perkawinan mereka sudah belasan tahun. Dia lakukan itu dengan ikhlas dan tulus, sebagai wujud kasih kepada suaminya. Seperti kasih seorang ibu yang terus lestari kepada anaknya.

Sebagai suami juga harus demikian. Menyambut istri yang baru pulang dari pasar dengan senyuman. Lihatlah istri Anda begitu sangat lelah melahirkan dan mengurus anak-anak kalian berdua,ada istri yang juga harus membantu kerja, jaga toko, dan sebagainya. Jadi kasihi istri seperti seorang ayah mengasihi anaknya, sebuah kasih yang tak pernah luntur oleh waktu dan usia. Suami istri yang menjadi ayah atau ibu bagi pasangannya akan saling mengasihi, saling memberi tiada pamrih, saling mendukung, dan saling membimbing. Suka duka dilewati bersama dengan penuh semangat.


2. Jadilah saudara bagi pasangan Anda

Sesama saudara seharusnya saling menghormati dan mengasihi. Teringat kata-kata YS Hao Ci Da Di bahwa
sesama saudara haruslah rukun dan harmonis. Sikap rukun dan harmonis akan tercapai jika bisa saling memahami, saling memaklumi,saling memaafkan, dan saling mengalah. Tidak ada kerukunan dan keharmonisan jika kita mau menang sendiri, tak mau mengalah, dan tidak mau memaafkan.

Demikian juga dalam hubungan suami istri, rukun dan harmonis tentu adalah cita-cita dari setiap pasangan dalam membangun hidup berkeluarga. Untuk itu sikap untuk saling memahami dan memaklumi sangat penting. Mari mencoba untuk memahami maksud hati dari pasangan Anda. Jangan hanya ingin apa yang Anda mau dan pahami, maka pasangan Anda harus menuruti kemauan itu. Jika pasangan Anda tidak bisa mengikuti kemauan dan maksud Anda, maka Anda mengatakan bahwa dia tak bisa mengerti Anda dan langsung marah kepadanya.

Pahamilah dan maklumilah bahwa tidak semua yang menjadi keinginan Anda bisa sejalan dengan pasangan Anda. Seharusnya jika terjadi perbedaan pemahaman, haruslah itu didiskusikan bersama untuk mendapatkan pemahaman bersama. Setiap manusia lahir tidak ada yang sempurna. Setiap orang ada kekurangannya, cobalah untuk bisa memaklumi segala kekurangan pasangan Anda dan saling mengisi segala kekurangan itu. Dan setiap orang bisa berbuat kesalahan, demikian juga pasangan Anda. Bersikap memaafkan dan memberi kesempatan kepadanya untuk memperbaiki diri, dan sebagai pasangannya kita juga harus introspeksi diri sehingga saling menjadi pasangan yang lebih baik dari hari ke hari.

Suami adalah kakak bagi istrinya, dan istri adalah adik bagi suaminya. Sebagai kakak harus melindungi sang adik dan sebagai adik harus menghormati sang kakak. Dengan sikap demikian maka suami istri akan saling mengasihi.

3. Jadilah sahabat bagi pasangan Anda

Seorang sahabat sejati adalah sahabat dalam suka dan duka, sebuah jalinan persahabatan yang bukan hanya karena materi, yang bukan karena kelebihan atau kekurangannya. Seorang sahabat sejati adalah sahabat yang selalu saling mengingatkan akan kebaikan, dan mengingatkan jika sahabatnya berada dalam kesalahan. Seorang sahabat sejati adalah sahabat untuk bertukar pikiran, saling mendukung dan memotivasi. Jadilah suami yang menjadi sahabat sejati bagi istrinya, begitu juga sebaliknya.


Sebuah jalinan persahabatan yang didasarkan pada kesetaraan, kedudukan seorang sahabat adalah setara bagi sahabat yang lainnya, tidak lebih tinggi, juga tidak lebih rendah. Suami tidak lebih berkuasa dari pada istri, dan istri juga tidak lebih rendah dari suaminya. Suami istri adalah sahabat yang bisa duduk sama tinggi untuk saling bertukar pikiran, saling mendukung, dan memotivasi. Setiap ada masalah, diskusikan bersama untuk dicari pemecahan yang terbaik bagi kalian berdua.

Hubungan yang lestari jika hubungan itu dilandaskan karena kasih, bukan karena materi. Sebuah hubungan yang dilandaskan pada materi akan berujung pada penderitaan dan ketidakharmonisan. Karena tidak ada materi yang abadi, tidak ada kekayaan yang abadi selamanya. Hubungan suami istri hendaklah didasarkan pada penerimaan yang ikhlas dan tulus pada segala kelebihan dan kekurangannya. Demikianlah sesungguhnya pasangan Anda adalah juga sahabat Anda, dan jadilah sahabat sejati bagi pasangan Anda.


4. Jadilah guru bagi pasangan Anda

Guru adalah seorang yang mendidik dan membimbing. Guru juga berarti seorang yang menuntun menuju
jalan kebenaran, sebagai penyejuk saat hati gelisah, sebagai motivator di saat hati lemah. Demikianlah Anda menjadi guru bagi pasangan Anda. Saat pasangan kita sudah jarang ke vihara atau sembahyang, ingatkan kepadanya arti penting sembahyang dan berkarya suci. Saat pasangan kita, sedang dalam keputus-asaan karena berbagai permasalahan, jangan marahin atau menghina pasangan kita, justru Anda harus memotivasinya untuk tetap semangat seperti Anda yang tetap tegar menghadapi semua kesulitan ini. Katakan bahwa Anda tetap mengasihinya walau sedang dalam kesulitan dan mengajaknya untuk bersama-sama tegar menghadapinya.

Saat pasangan kita sedih karena sakit yang dideritanya, maka Anda menguatkannya untuk menerima dengan ikhlas dan menyerahkannya dalam pengaturan Buddha Maitreya. Mengajaknya berdoa bersama, agar bisa menghadapinya dengan kelapangan jiwa. Betapa indah sebuah keluarga dimana suami istri saling menjadi guru bagi pasangannya, yang bisa saling menyejukkan, menguatkan, mengingatkan, dan memotivasi.

Ketika Anda membangun hidup berkeluarga, Anda tak lagi sendiri, tak lagi hanya memikirkan diri sendiri. Tapi ada pasangan Anda dan kemudian anak-anak Anda. Hubungan Anda bukan hanya sebagai suami atau istri, tapi jadilah ayah- ibu, saudara, sahabat, dan guru bagi pasangan Anda, dengan demikian indahlah keluarga Maitreyani yang Anda bangun.

Sumber : Ceramah MP. Halim Zen Bodhi
Ditulis kembali oleh : Qing xii


***

No comments:

Post a Comment