August 29, 2014

~ Maitreya Terlahir Sebagai Dewa Sakka Yang Menyelamatkan Pangeran ~

Kisah Jataka Sakyamuni dan Maitreya
Maitreya Terlahir Sebagai Dewa Sakka Yang Menyelamatkan Pangeran


Dahulu kala ada seorang raja dari Kerajaan Cala yang selalu dirundung kesedihan karena permaisuri belum
juga melahirkan seorang keturunan. Suatu hari, raja berkata kepada permaisuri , "Pulanglah kamu ke rumah orangtuamu untuk mencari cara memperoleh keturunan, sehingga aku tidak merisaukan masa depan kerajaanku!" Dengan rasa sedih permaisuri memohon pamit pada raja. Beliau bermaksud untuk mengakhiri hidup, lalu pergi ke arah hutan dan bersiap-siap melompat ke jurang yang dalam. Niat permaisuri diketahui oleh Dewa Sakka yang bergegas turun dari langit dan berseru,
"Wahai permaisuri, kehidupan lalu kamu adalah kakakku! Karena tiada keturunan ingin mengakhiri hidup, hatiku sangat sedih dan merasa kasihan. Kini kubawakan Buah Dewa, setelah memakannya kakak akan memiliki keturunan yang bijaksana, kelak akan menjadi pemimpin dunia. Apabila rajatidak mempercayai, kakak boleh perlihatkan piring ini kepadanya, sebagai bukti Buah Sorga."

Permaisuri menengadah ke langit dan melalap Buah Dewa, sebentar kemudian Dewa Sakka juga sudah menghilang. Saat itu permaisuri merasa tubuhnya bertambah berat, beliau pulang ke istana bertemu dengan raja, lalu menceritakan kejadian tersebut. Genap 10 bulan kehamilan, permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki, namun malangnya memiliki wajah yang sangat jelek . Saat pangeran berumur 8 tahun, ia sudah menunjukkan kecerdasan yang tinggi. Sang Pangeran menguasai kitab suci, memiliki kearifan dan keahlian tak tertandingi di seluruh negeri, memiliki tenaga yang luar biasa hingga mampu menaklukkan gajah, saat berlari bisa menangkap elang yang lagi terbang, mulut berseru bagaikan suara aumansinga. Kehebatannya terkenal di mana-mana , semua orang pada memuji dan kagum sekali.

Setelah pangeran tumbuh dewasa, raja ingin mempersunting putri raja dari negeri tetangga sebagai isteri pangeran. Putri tersebut bernama Candra Prabha yang merupakan seorang putri yang sangat cantik jelita. Sang Putri memiliki tujuh orang adik perempuan yang sama cantiknya. Permaisuri khawatir calon menantunya tidak bisa menerima wajah pangeran yang jelek, lalu disampaikan alasan , "Negeri kami memiliki suatu adat
kuno, dimana sebagai seorang isteri tidak boleh bertemu dengan suaminya pada siang hari. Saya berharap kamu bisa mematuhinya." Putri Candra Prabha dengan sopan menjawab, "Baiklah, saya tidak berani melanggar pesan dari ibu suri." Setelah menikah, Pangeran berpergian dini hari, pulangnya malam hari, belum
pernah sekalipun melihat wajah Sang Putri.

Pangeran teringat bahwa negerinya bermusuhan dengan tujuh kerajaan, saling berebut dan bertikai, tidak ada hari yang tenang, padahal rakyat di seluruh negeri mengharapkan perdamaian. Sang Pangeran berpikir mengambil keputusan untuk menjaga kestabilan kerajaan, dia berkata kepada diri sendiri, "Wajah saya sangat jelek, Putri melihat wajahku pasti terkejut dan melarikan diri. Jika dia pergi, justru akan mendatangkan dampak positif bagi perdamaian bangsa, rakyatpun bisa hidup dengan tenang." Beliau menyampaikan kepada ibu suri untuk diizinkan bertatap langsung dengan Putri Candra Prabha.

Ibu suri berkata, "Wajahmu terlahir jelek, sementara Putri CandraPrabha terlahir cantik. Bila Putri melihat
wajahmu yang demikian jelek, ia pasti akan meninggalkanmu, saat itu kamu akan menjadi seorang duda." Pangeran terus memohon, akhirnya ibu suri mengabulkan permintaannya dengan alasan membawa kebaikan bagi seluruh negeri. Ibu suri sengaja membawa Putri Candra Prabha melihat kuda. Pangeran menyamar sebagai penjaga kuda, Putri Candra Prabha melihat dan berkata, "Penjaga kuda ini bertampang jelek." Lalu ibu suri membawa putri melihat gajah, sekali lagi putri bertemu dengan pangeran yang menyamar, hati mulai
curiga dan berpikir , "Kemanapun saya pergi pasti ketemu dengan orang ini, mungkinkah dia adalah pangeran?" Putri meminta kepada ibu suri agar diizinkan bertemu langsung dengan pangeran di siang hari. Ibu suri mengizinkan namun tidak bertatap secara langsung melainkan dari jarak jauh. Beliau memerintahkan adik pangeran memimpin rombongan dengan berkeliling kota yang diiringi oleh pangeran, pejabat negara dan prajurit mengikuti dari belakang. Ibu suri menemani Putri Candra Prabha menatap dari atas gedung istana, hati Putri merasa senang sekali karena telah melihat pangeran.

Saat Putri Candra Prabha berjalan santai di taman istana, pangeran bersembunyi di atas pohon lalu

melempari buah ke arah dia. Putri Candra Prabha berpikir , "Orang ini pasti adalah pangeran yang sebenarnya." Malamnya, saat pangeran sudah terlelap tidur, dia diam-diam menggunakan obor menerangi kamar untuk melihat langsung wajah asli pangeran. Putri Candra Prabha amat terkejut melihat wajah pangeran yang begitu jelek, ia menjadi ketakutan dan malam itu juga meninggalkan istana pulang ke negeri asalnya. Keesokan harinya ketika ibu suri mengetahui Putri Candra Prabha sudah meninggalkan istana, dengan marah kepada pangeran ,"Kamu harusmemikirkan cara agar Putri Candra Prabha dapat kembali ke istana."

Pangeran menjawab, "Bukankah dengan kepergian isteriku adalah awal dari perdamaian? Rakyat bisa hidup dengan lebih tenang." Pangeran menuruti perintah dari ibu suri untuk pergi mencari Putri Candra Prabha. Saat tiba di negeri tetangga, pangeran menyamar menjadi seorang ahli pemahat tembikar yang dipekerjakan oleh seorang saudagar. Pahatan tembikar yang dia buat sungguh indah sekali. Si saudagar mempersembahkan pahatan tembikar yang indah itu kepada raja. Raja sangat senang menerimanya dan menghadiahkan kepada putri-putrinya. Salah seorang putri raja yang bernama Candra Prabha mengetahui hadiah tembikar itu adalah hasil karya suaminya, ia menjadi murka dan melempar ke lantai hingga pecah.

Kemudian pangeran menyamar menjadi seorang ahli warna kain sutra. Kain sutra yang ia warnai merupakan kain yang penuh lukisan yang indah. Saudagar kain sutra mengagumi hasil karyanya,l lalu mempersembahkan kepada raja. Raja memperlihatkan keindahan warna kain sutra kepada delapan putrinya. Putri Candra Prabha mengetahui ini adalahhasil karya suaminya, sehingga tidak mau melihat.

Selanjutnya pangeran menyamar bekerja sebagai pemelihara kuda di istana. Semua kuda yang dipeliharanya menjadi kuat, sehat dan jinak. Pejabat kerajaan bertanya, "Keahlian apalagi yang kamu kuasai?" Pangeran berkata, "Saya bisa menjadi koki. "Pejabat kerajaan menyuruh dia membuat masakan untuk raja. Begitu raja
menyantap makanan yang disuguhkan, lalu berkata, "Siapakah koki yang memasak makanan yang demikian
lezat ini?"

Raja mengangkat si koki menjadi kepala dapur istana. la bertanggang-jawab mengawasi dan memeriksa semua menu masakan istana. Suatu hari, kepala dapur istana memasak sup untuk raja dan kedelapan putrinya. Beliau membawa masakan sup melintas di lorong istana yang sepi karena menghindar bertatap langsung dengan para putri raja. Namun para putri raja melihatnya, ia bergegas menghindar lalu menumpahkan sup hingga seluruh bajunya menjadi basah. Segenap putri raja melihat wajahnya menjerit ketakutan, tinggal Putri Candra
Prabha menolehpun tidak mau.

Dari langit, Dewa Sakka melihat dan bergumam, "Bodhisatva berbelas kasihan ingin menyelamatkan umat
manusia, namun apakah harus menderita seperti ini? Saya ingin mencari cara membantunya." Dewa Sakka mengakali bagaimana caranya agar utusan ketujuh negeri tetangga dapat datang bersamaan ke negeri Putri Candra Prabha. Dewa Sakka menjelma menjadi ayahanda dari Putri Candra Prabha. la menulis surat kepada ketujuh kerajaan tetangga secara terpisah bahwa putrinya yang bernama Candra Prabha akan dinikahkan kepada ketujuh raja tetangga.

 Ketujuh raja tetangga pergi menuju kerajaan ayahanda Putri Candara Prabha untuk mengantarkan mas kawin sekaligus meminta lamaran. Ketujuh raja tiba bersamaan, saling menyapa dan bertanya mengapa bisa datang di negeri ini ? Mereka menjawab dengan sama untuk mengantarkan mas kawin mempersunting Putri Candra Prabha sebagai isteri. Semua raja yang tiba menjadi murka dan bersumpah untuk memusnahkan kerajaan ayahanda Putri Candra Prabha yang telah mempermalukan mereka. Ayahanda Putri Candra Prabha sangat ketakutan dan berkata kepada putrinya, "Kamu telah mendatangkan aib besar, apakah ini juga karena pembalasan karmaku? Kamu telah menikah dan menjadi isteri dari pangeran di negeri tetangga. Karma telah menyatukankamu berdua, sekalipun suami kamu berwajah jelek. Kini kamu meninggalkan sang suami, hingga  mendatangkan aib bagi kerajaan kita. Ayahanda juga tidak berdaya menolong, satu-satunya cara adalah membagi tubuhmu menjadi tujuh bagian lalu dibagikan kepada ketujuh raja sebagai tebusan kesalahanku demi menyelamatkan kerajaan." Putri Candra Prabha menangis dan berkata, "Mohon ayahanda memberi waktu dan kesempatan bagi saya mencari orang bijak untuk menaklukkan ketujuh kerajaan yang akan memusnahkan kita." Akhirnya raja menurunkan titah barangsiapa yang mampu menghentikan peperangan ini, ia akan dinikahkan dengan Putri Candra Prabha. 

Pangeran yang menjelma tadi datang ke hadapan raja dan menjawab, "Bangunkan sebuah panggung besar, saya akan mengatasi tentara musuh." Panggung besar telah selesai di bangun. Pangeran berpura-pura sakit hingga berjalan tertatih-tatih, Putri Candra Prabha memapahnya berdiri dan menuntunnya ke atas panggung. Hati Putri Candra Prabhä ketakutan dan tidak tenang, terlebih takut dirinya akan dibunuh sebagai tebusan. la terpaksa memapah pangeran dengan setulus hati, karena hanya pangeran satu-satunya penyelamat hidupnya dan kerajaan ayahandanya.

 Pangeran naik ke atas panggung dan mencoba untuk berdiri tegak. Pangeran dengan suara lantang yang
menggema hingga ke empat penjuru bagaikan auman Singa berseru kepada ketujuh raja dengan mengutip
ajaran Buddha, "Sebagai Putra Raja Langit, seharusnya menjalankan ajaran cinta kasih. Kini kalian telah
menunjukkan amarah, maka musibah akan datang menimpa. Seseorang kehilangan nyawa dan kerajaannya
hanya karena nama, ketenaran dan paras kecantikan."

Para prajurit dari ketujuh kerajaan yang telah siap menyerang terharu oleh kewibawaan suara pangeran,
mereka sadar seketika akan nasehat singkat pangeran, hingga memutuskan untuk membatalkan
peperangan dan kembali ke negeri masing-masing. Selanjutnya pangeran berkata kepada ayahanda Putri Candra Prabha, "Kemulian para raja di atas segalanya, mengapa tidak menikahkan ketujuh putri raja kepada tujuh raja negeri tetangga? Dengan menjalin hubungan baik ini berarti ketujuh kerajaan telah menjadi pelindung bagi kerajaan ini menjadi aman dan tenang selamanya, rakyatpun bisa hidup damai dan tenteram."

Ayahanda Putri Candra Prabha gembira dan setuju dengan saran pangeran, "Berkah yang mulia! Oh,
sungguh berkah yang mulia!" la lalu menjamu ketujuh raja tetangga dan menikahkan ketujuh putrinya kepada
mereka. Kini, kedelapan putri raja telah menikah, rakyatpun ikut bersuka ria. Raja dan rakyat baru tahu bahwa pangeran yang berwajah jelek itu sesungguhnya adalah suami Putri Candra Prabha. Sejak itu sembilan kerajaan hidup harmonis, rakyat bersorak gembira dan memuji, "Tuhan telah mendatangkan seorang pangeran yang penuh cinta kasih dan bijaksana. Kebajikannya menjadi sempurna karena telah mencegah peperangan antar negeri, bahkan menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan bagi seluruh rakyat. "Kini beliau sangat dihormati dan selalu disanjung, tiada lagi orang yang menghina dan merendahkannya.

Beberapa tahun setelah pangeran pulang ke kerajaannya, rajapun wafat, beliau meneruskan tahta kerajaan.
Beliau memberikan pengampunan besar-besaran kepada mereka yang bersalah. Menjadikan Pancasila
Buddhis, Sad Paramita, Atthanga Sila, Dasa kebajikan dalam memimpin rakyat. Kelaparan dan penyakit
sirna, negeri makmur dan tenteram, ajaran Buddha berkembang, semua orang menjalankan dan mematuhi
Tri Ratna. Wajah pangeran yang kini telah menjadi raja berangsur-angsur berubah tampan dan berwibawa.
Mengapa demikian ?

Rupanya pada kehidupan lampau, mereka sudah merupakan pasangan suami isteri petani. Suatu siang,
suami menyuruh isteri pulang ke rumah mengambil makanan dan minuman. Dia melihat isterinya pulang
bersamaan dengan seorang pertapa yang merupakan jelmaan Pacceka Buddha, mereka berdua berjalan
melintasi tepi jurang, lalu hilang tidak menampakkan diri. Si suami muncul niat curiga, dengan amarah
mengambil cangkul bermaksud untuk memukuli pertapa tersebut. Ternyata kecurigaannya salah, si isteri dengan penuh ketulusan mempersembahkan makanan untuk pertapa, beranjali dan berdiri di satu sisi. Setelah pertapa selesai makan, la melemparkan mangkok ke atas, dari langit muncul cahaya yang amat terang, sebentar kemudian pertapa itu menghilang. Si suami merasa malu, dia berpikir isterinya sungguh berkebajikan bisa menderma untuk pertapa suci, sementara dirinya sungguh bodoh, kelak akan menerima pembalasan yang setimpal. Kepada isteri ia berkata,"Berkah amalmu telah mengayomiku, mari kita makan nasi yang tersisa itu." Setelah mereka berdua meninggal, masing- masing terlahir dalam keluarga -raja. Si isteri yang dermawan dan memiliki cinta kasih, terlahir cantik jelita. Si suami yang awalnya amarah baru kemudian bercinta kasih, maka terlahir berwajah jelek dulu baru kemudian berubah menjadi tampan rupawan.

Sang Buddha berkata kepada para bhiksu: "Apabila seseorang pada awalnya suka menderma lalu berubah menjadi kikir, maka kelak akan terlahir dalam keluarga kaya,namun setelah dewasa perlahan berubah menjadi miskin. Sebaliknya apabila seseorang pada awalnya kikir lalu berubah menjadi suka menderma, maka kelak akan terlahir dalam keluarga miskin, namun setelah dewasa perlahan berubah menjadi kaya. Pangeran adalah aku di kelahiran lampau, Putri Candra Prabha adalah Yasodara, Raja adalah ayahandaku Suddhodana, Ibu Suri adalah Ibundaku Ratu Mahamaya dan Dewa Sakka adalah Maitreya. Bodhisatva dalam setiap kelahiran selalu mengabdi dan berkorban untuk umat manusia."

()()()

( Source : Sutra Sad Paramita )

No comments:

Post a Comment