Kisah Jataka Sakyamuni dan Maitreya
Maitreya Terlahir Sebagai Dewa Sakka Yang Menyelamatkan Pangeran
Dahulu kala
ada seorang raja dari Kerajaan Cala yang selalu dirundung kesedihan karena
permaisuri belum
juga
melahirkan seorang keturunan. Suatu hari, raja berkata kepada permaisuri ,
"Pulanglah kamu ke rumah orangtuamu untuk mencari cara memperoleh
keturunan, sehingga aku tidak merisaukan masa depan kerajaanku!" Dengan
rasa sedih permaisuri memohon pamit pada raja. Beliau bermaksud untuk mengakhiri
hidup, lalu pergi ke arah hutan dan bersiap-siap melompat ke jurang yang dalam.
Niat permaisuri diketahui oleh Dewa Sakka yang bergegas turun dari langit dan
berseru,
"Wahai permaisuri, kehidupan lalu kamu adalah kakakku!
Karena tiada keturunan ingin mengakhiri hidup, hatiku sangat sedih dan merasa
kasihan. Kini kubawakan Buah Dewa, setelah memakannya kakak akan memiliki keturunan
yang bijaksana, kelak akan menjadi
pemimpin dunia. Apabila rajatidak mempercayai, kakak boleh perlihatkan piring
ini kepadanya, sebagai
bukti Buah Sorga."
Permaisuri
menengadah ke langit dan melalap Buah Dewa, sebentar kemudian Dewa Sakka juga
sudah menghilang.
Saat itu permaisuri merasa tubuhnya bertambah berat, beliau pulang ke istana
bertemu dengan
raja, lalu menceritakan kejadian tersebut. Genap 10 bulan kehamilan, permaisuri
melahirkan seorang
anak laki-laki, namun malangnya memiliki wajah yang sangat jelek . Saat
pangeran berumur 8 tahun, ia sudah menunjukkan kecerdasan yang tinggi. Sang
Pangeran menguasai kitab suci, memiliki kearifan dan keahlian
tak tertandingi di seluruh negeri, memiliki tenaga yang luar biasa hingga mampu
menaklukkan gajah, saat
berlari bisa menangkap elang yang lagi terbang, mulut berseru bagaikan suara
aumansinga. Kehebatannya terkenal di mana-mana , semua orang pada memuji dan
kagum sekali.
Setelah
pangeran tumbuh dewasa, raja ingin mempersunting putri raja dari negeri
tetangga sebagai isteri pangeran. Putri tersebut bernama Candra Prabha yang
merupakan seorang putri yang sangat cantik jelita. Sang Putri memiliki tujuh
orang adik perempuan yang sama cantiknya. Permaisuri khawatir calon menantunya
tidak bisa menerima wajah pangeran yang jelek, lalu disampaikan alasan , "Negeri
kami memiliki suatu adat
kuno,
dimana sebagai seorang isteri tidak boleh bertemu dengan suaminya pada siang
hari. Saya berharap kamu bisa mematuhinya." Putri Candra Prabha dengan
sopan menjawab, "Baiklah, saya tidak berani melanggar pesan dari ibu
suri." Setelah menikah, Pangeran berpergian dini hari, pulangnya malam
hari, belum
pernah
sekalipun melihat wajah Sang Putri.
Pangeran
teringat bahwa negerinya bermusuhan dengan tujuh kerajaan, saling berebut dan
bertikai, tidak ada hari yang tenang, padahal rakyat di seluruh negeri
mengharapkan perdamaian. Sang Pangeran berpikir mengambil keputusan untuk
menjaga kestabilan kerajaan, dia berkata kepada diri sendiri, "Wajah saya
sangat jelek, Putri melihat wajahku pasti terkejut dan melarikan diri. Jika dia
pergi, justru akan mendatangkan dampak positif bagi perdamaian bangsa,
rakyatpun bisa hidup dengan tenang." Beliau menyampaikan kepada ibu suri
untuk diizinkan bertatap langsung dengan Putri Candra Prabha.
Ibu suri
berkata, "Wajahmu terlahir jelek, sementara Putri CandraPrabha terlahir
cantik. Bila Putri melihat
wajahmu
yang demikian jelek, ia pasti akan meninggalkanmu, saat itu kamu akan menjadi
seorang duda." Pangeran terus memohon, akhirnya ibu suri mengabulkan
permintaannya dengan alasan membawa kebaikan bagi seluruh negeri. Ibu suri
sengaja membawa Putri Candra Prabha melihat kuda. Pangeran menyamar sebagai
penjaga kuda, Putri Candra Prabha melihat dan berkata, "Penjaga kuda ini
bertampang jelek." Lalu ibu suri membawa putri melihat gajah, sekali lagi
putri bertemu dengan pangeran yang menyamar, hati mulai
curiga dan
berpikir , "Kemanapun saya pergi pasti ketemu dengan orang ini, mungkinkah
dia adalah pangeran?" Putri meminta kepada ibu suri agar diizinkan bertemu
langsung dengan pangeran di siang hari. Ibu suri mengizinkan namun tidak
bertatap secara langsung melainkan dari jarak jauh. Beliau memerintahkan adik
pangeran memimpin rombongan dengan berkeliling kota yang diiringi oleh
pangeran, pejabat negara dan prajurit mengikuti dari belakang. Ibu suri
menemani Putri Candra Prabha menatap dari atas gedung istana, hati Putri merasa
senang sekali karena telah melihat pangeran.
Saat Putri
Candra Prabha berjalan santai di taman istana, pangeran bersembunyi di atas
pohon lalu
melempari
buah ke arah dia. Putri Candra Prabha berpikir , "Orang ini pasti adalah
pangeran yang sebenarnya." Malamnya, saat pangeran sudah terlelap tidur,
dia diam-diam menggunakan obor menerangi kamar untuk melihat langsung wajah
asli pangeran. Putri Candra Prabha amat terkejut melihat wajah pangeran yang begitu
jelek, ia menjadi ketakutan dan malam itu juga meninggalkan istana pulang ke
negeri asalnya. Keesokan harinya ketika ibu suri mengetahui Putri Candra Prabha
sudah meninggalkan istana, dengan marah
kepada pangeran ,"Kamu harusmemikirkan cara agar Putri Candra Prabha dapat
kembali ke istana."
Pangeran
menjawab, "Bukankah dengan kepergian isteriku adalah awal dari perdamaian?
Rakyat bisa hidup
dengan lebih tenang." Pangeran menuruti perintah dari ibu suri untuk pergi
mencari Putri Candra Prabha. Saat tiba di negeri tetangga, pangeran menyamar
menjadi seorang ahli pemahat tembikar yang dipekerjakan oleh seorang saudagar.
Pahatan tembikar yang dia buat sungguh indah sekali. Si saudagar
mempersembahkan pahatan tembikar yang indah itu kepada raja. Raja sangat senang
menerimanya dan menghadiahkan kepada putri-putrinya. Salah seorang putri raja
yang bernama Candra Prabha mengetahui hadiah tembikar itu adalah hasil karya
suaminya, ia menjadi murka dan melempar ke lantai hingga pecah.
Kemudian
pangeran menyamar menjadi seorang ahli warna kain sutra. Kain sutra yang ia
warnai merupakan kain yang penuh lukisan yang indah. Saudagar kain sutra mengagumi
hasil karyanya,l lalu mempersembahkan kepada raja. Raja memperlihatkan
keindahan warna kain sutra kepada delapan putrinya. Putri Candra Prabha mengetahui
ini adalahhasil karya suaminya, sehingga tidak mau melihat.
Selanjutnya
pangeran menyamar bekerja sebagai pemelihara kuda di istana. Semua kuda yang
dipeliharanya menjadi kuat, sehat dan jinak. Pejabat kerajaan bertanya,
"Keahlian apalagi yang kamu kuasai?" Pangeran berkata, "Saya
bisa menjadi koki. "Pejabat kerajaan menyuruh dia membuat masakan untuk
raja. Begitu raja
menyantap
makanan yang disuguhkan, lalu berkata, "Siapakah koki yang memasak makanan
yang demikian
lezat
ini?"
Raja mengangkat
si koki menjadi kepala dapur istana. la bertanggang-jawab mengawasi dan
memeriksa semua menu masakan istana. Suatu hari, kepala dapur istana memasak
sup untuk raja dan kedelapan putrinya. Beliau membawa masakan sup melintas di
lorong istana yang sepi karena menghindar bertatap langsung dengan para putri
raja. Namun para putri raja melihatnya, ia bergegas menghindar lalu menumpahkan
sup hingga seluruh bajunya menjadi basah. Segenap putri raja melihat wajahnya menjerit
ketakutan, tinggal Putri Candra
Prabha
menolehpun tidak mau.
Dari langit,
Dewa Sakka melihat dan bergumam, "Bodhisatva berbelas kasihan ingin
menyelamatkan umat
manusia,
namun apakah harus menderita seperti ini? Saya ingin mencari cara membantunya."
Dewa Sakka mengakali bagaimana caranya agar utusan ketujuh negeri tetangga
dapat datang bersamaan ke negeri Putri Candra Prabha. Dewa Sakka menjelma
menjadi ayahanda dari Putri Candra Prabha. la menulis surat kepada ketujuh
kerajaan tetangga secara terpisah bahwa putrinya yang bernama Candra Prabha
akan dinikahkan kepada ketujuh raja tetangga.
Ketujuh raja tetangga pergi menuju kerajaan
ayahanda Putri Candara Prabha untuk mengantarkan mas kawin sekaligus meminta
lamaran. Ketujuh raja tiba bersamaan, saling menyapa dan bertanya mengapa bisa
datang di negeri ini ? Mereka menjawab dengan sama untuk mengantarkan mas kawin
mempersunting Putri Candra Prabha sebagai isteri. Semua raja yang tiba menjadi
murka dan bersumpah untuk memusnahkan kerajaan ayahanda Putri Candra Prabha
yang telah mempermalukan mereka. Ayahanda Putri Candra Prabha sangat ketakutan
dan berkata kepada putrinya, "Kamu telah mendatangkan aib besar, apakah
ini juga karena pembalasan karmaku? Kamu telah menikah dan menjadi isteri dari
pangeran di negeri tetangga. Karma telah menyatukankamu berdua, sekalipun suami
kamu berwajah jelek. Kini kamu meninggalkan sang suami, hingga mendatangkan
aib bagi kerajaan kita. Ayahanda juga tidak berdaya menolong, satu-satunya cara
adalah membagi
tubuhmu menjadi tujuh bagian lalu dibagikan kepada ketujuh raja sebagai tebusan
kesalahanku demi
menyelamatkan kerajaan." Putri Candra Prabha menangis dan berkata,
"Mohon ayahanda memberi waktu dan kesempatan bagi saya mencari orang bijak
untuk menaklukkan ketujuh kerajaan yang akan memusnahkan kita." Akhirnya raja
menurunkan titah barangsiapa yang mampu menghentikan peperangan ini, ia akan
dinikahkan dengan Putri Candra Prabha.
Pangeran yang menjelma tadi datang ke
hadapan raja dan menjawab, "Bangunkan sebuah panggung besar, saya akan
mengatasi tentara musuh." Panggung besar telah selesai di bangun. Pangeran
berpura-pura sakit hingga berjalan tertatih-tatih, Putri Candra Prabha
memapahnya berdiri dan menuntunnya ke atas panggung. Hati Putri Candra Prabhä ketakutan
dan tidak tenang, terlebih takut dirinya akan dibunuh sebagai tebusan. la
terpaksa memapah pangeran dengan setulus hati, karena hanya pangeran
satu-satunya penyelamat hidupnya dan kerajaan ayahandanya.
Pangeran naik ke atas panggung dan mencoba
untuk berdiri tegak. Pangeran dengan suara lantang yang
menggema
hingga ke empat penjuru bagaikan auman Singa berseru kepada ketujuh raja dengan
mengutip
ajaran
Buddha, "Sebagai Putra Raja Langit, seharusnya menjalankan ajaran cinta
kasih. Kini kalian telah
menunjukkan
amarah, maka musibah akan datang menimpa. Seseorang kehilangan nyawa dan
kerajaannya
hanya
karena nama, ketenaran dan paras kecantikan."
Para prajurit
dari ketujuh kerajaan yang telah siap menyerang terharu oleh kewibawaan suara
pangeran,
mereka
sadar seketika akan nasehat singkat pangeran, hingga memutuskan untuk
membatalkan
peperangan
dan kembali ke negeri masing-masing. Selanjutnya pangeran berkata kepada
ayahanda Putri Candra Prabha, "Kemulian para raja di atas segalanya,
mengapa tidak menikahkan ketujuh putri raja kepada tujuh raja negeri tetangga?
Dengan menjalin hubungan baik ini berarti ketujuh kerajaan telah menjadi
pelindung bagi kerajaan ini menjadi aman dan tenang selamanya, rakyatpun bisa
hidup damai dan tenteram."
Ayahanda
Putri Candra Prabha gembira dan setuju dengan saran pangeran, "Berkah yang
mulia! Oh,
sungguh
berkah yang mulia!" la lalu menjamu ketujuh raja tetangga dan menikahkan
ketujuh putrinya kepada
mereka.
Kini, kedelapan putri raja telah menikah, rakyatpun ikut bersuka ria. Raja dan
rakyat baru tahu bahwa pangeran
yang berwajah jelek itu sesungguhnya adalah suami Putri Candra Prabha. Sejak
itu sembilan kerajaan
hidup harmonis, rakyat bersorak gembira dan memuji, "Tuhan telah
mendatangkan seorang pangeran yang penuh cinta kasih dan bijaksana.
Kebajikannya menjadi sempurna karena telah mencegah peperangan
antar negeri, bahkan menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan bagi seluruh
rakyat. "Kini beliau sangat
dihormati dan selalu disanjung, tiada lagi orang yang menghina dan
merendahkannya.
Beberapa
tahun setelah pangeran pulang ke kerajaannya, rajapun wafat, beliau meneruskan
tahta kerajaan.
Beliau
memberikan pengampunan besar-besaran kepada mereka yang bersalah. Menjadikan
Pancasila
Buddhis,
Sad Paramita, Atthanga Sila, Dasa kebajikan dalam memimpin rakyat. Kelaparan
dan penyakit
sirna,
negeri makmur dan tenteram, ajaran Buddha berkembang, semua orang menjalankan
dan mematuhi
Tri Ratna.
Wajah pangeran yang kini telah menjadi raja berangsur-angsur berubah tampan dan
berwibawa.
Mengapa
demikian ?
Rupanya
pada kehidupan lampau, mereka sudah merupakan pasangan suami isteri petani.
Suatu siang,
suami
menyuruh isteri pulang ke rumah mengambil makanan dan minuman. Dia melihat
isterinya pulang
bersamaan
dengan seorang pertapa yang merupakan jelmaan Pacceka Buddha, mereka berdua
berjalan
melintasi
tepi jurang, lalu hilang tidak menampakkan diri. Si suami muncul niat curiga,
dengan amarah
mengambil
cangkul bermaksud untuk memukuli pertapa tersebut. Ternyata kecurigaannya
salah, si isteri dengan penuh ketulusan mempersembahkan makanan untuk pertapa,
beranjali dan berdiri di satu sisi. Setelah pertapa selesai makan, la melemparkan
mangkok ke atas, dari langit muncul cahaya yang amat terang, sebentar kemudian
pertapa itu menghilang. Si suami merasa malu, dia berpikir isterinya sungguh
berkebajikan bisa
menderma untuk pertapa suci, sementara dirinya sungguh bodoh, kelak akan
menerima pembalasan yang
setimpal. Kepada isteri ia berkata,"Berkah amalmu telah mengayomiku, mari
kita makan nasi yang tersisa itu." Setelah mereka berdua meninggal,
masing- masing terlahir dalam keluarga -raja. Si isteri yang dermawan dan
memiliki cinta kasih, terlahir cantik jelita. Si suami yang awalnya amarah baru
kemudian bercinta kasih, maka terlahir berwajah jelek dulu baru kemudian
berubah menjadi tampan rupawan.
Sang Buddha
berkata kepada para bhiksu: "Apabila seseorang pada awalnya suka menderma
lalu berubah menjadi kikir, maka kelak akan terlahir dalam keluarga kaya,namun
setelah dewasa perlahan berubah menjadi miskin. Sebaliknya apabila seseorang
pada awalnya kikir lalu berubah menjadi suka menderma, maka kelak akan terlahir
dalam keluarga miskin, namun setelah dewasa perlahan berubah menjadi kaya.
Pangeran adalah aku di kelahiran lampau, Putri Candra Prabha adalah Yasodara,
Raja adalah ayahandaku Suddhodana, Ibu Suri adalah Ibundaku Ratu Mahamaya dan
Dewa Sakka adalah Maitreya. Bodhisatva dalam setiap kelahiran selalu mengabdi
dan berkorban untuk umat manusia."
()()()
( Source : Sutra Sad
Paramita )
No comments:
Post a Comment