Patung Bodhisatva Maitreya koleksi Buyeo National Museum Korea. Sang Bodhisatva telah datang dalam berbagai rupa, pria maupun wanita demi membimbing umat manusia menuju jalan spiritual dan ilahi. |
Dewa Sakka
terpanggil untuk menyadarkannya lalu menjelma ke dunia menjadi seorang
saudagar. Untuk menjalin komunikasi dengan wanita tersebut, sang saudagar
mampir ke kedainya, seakan mau berbelanja. Wanita tersebut dengan berbahagia
menyuruh anaknya mengambilkan sebuah kursi untuk saudagar. Sang saudagar
tertawa ketika melihat wanita tersebut memerintah anaknya. Terlebih-lebih saat
kursi terlambat datang, si wanita kembali memukul anaknya, saudagar bertambah
tertawa terbahak-bahak. Si wanita merasa aneh dengan sikap saudagar yang tidak
memahami adat dengan menertawakan seorang wanita.
Di samping rumah tetangga,
terlihat bocah kecil lain yang sedang bermain tambur dengan riang, saudagar
juga tertawa. Ada lagi anak lain yang menggunakan persembahan daging sapi
kepada dewa untuk meminta kesembuhan ayahnya yang sedang sakit, saudagar juga
tertawa. Tetangga lain adalah seorang wanita yang sedang menggendong anaknya,
lalu si anak mencakar muka ibunya hingga berdarah, sang saudagar tertawa lagi. Si wanita
tadi pun bertanya,” Anda datang ke tempatku tertawa tanpa henti, saya memukul
anakku, mengapa anda masih tertawa ?” Sang saudagar pun menjawab,” Kamu adalah
sahabat karibku pada kehidupan lampau, apakah kamu sudah lupa ?”
Wanita
tersebut semakin jengkel dan marah kepada saudagar yang menjawab tidak sesuai
dengan apa yang dipertanyakan. Saudagar kemudian melanjutkan,” Saya tertawa
ketika melihat kamu memukul anakmu, yang mana sesungguhnya, anakmu adalah
reinkarnasi dari ayahmu sendiri di kehidupan lampau. Pembalasan karma yang
hanya berlangsung dalam satu kehidupan saja telah dilupakan olehmu, anak kecil
yang sedang bermain riang pada kehidupan lampaunya adalah seekor sapi, kini ia
bereinkarnasi menjadi anak dari tuannya sendiri. Tambur kulit yang dimainkan
olehnya adalah kulitnya sendiri, maka itu saya merasa lucu dan tertawa.
Menyembelih sapi untuk dijadikan persembahan kepada Dewa demi menyebuhkan
penyakit ayahnya adalah hal yang keliru, ibarat meminum racun untuk
menyembuhkan sakitnya. Ayahnya baru meninggal dan bereinkarnasi menjadi seekor
sapi, lalu menerima penjagalan berulang-ulang selama beberapa kehidupan , kini
sapi tersebut kembali terlahir sebagai manusia, maka itu saya tertawa lagi.
Anak yang mencakar muka ibunya pada kehidupan lampau adalah selir dari
suaminya, dan sekarang kembali untuk menuntut pembalasan, si ibu tetap bergeming
tanpa merasa kesal, maka itu saya tertawa.
“Harus
dipahami bahwa di dunia ini tiada sesuatupun yang kekal abadi, kebencian di
masa lalu berubah menjadi kasih sayang di kehidupan sekarang, inilah yang
dikatakan hukum perubahan ( ketidak-kekalan ) . Baru berselang satu kehidupan sudah
tidak saling mengenal, apalagi kalau berselang beberapa kehidupan ? Dalam Sutra
Buddhis ada dikatakan bahwa ketercekatan pada wujud-rupa tidak akan dapat
menembus kebenaran. Mereka yang suka mendengar bisikan setan, maka tidak akan
dapat mendengar suara emas Sang Buddha, maka itu saya tertawa lagi.
“ Kekayaan
di dunia ini ibarat kilatan petir, cepat lenyap seketika. Sadarilah bahwa
kehidupan di dunia ini adalah Anicca,
jangan terbuai dalam Lobha dan Moha. Bergegaslah membina diri dengan
mengamalkan Sad Paramita. Sekarang
saya sudah mau pergi, suatu hari pasti akan ke rumah mu untuk bertamu lagi.”
Begitu habis berkata, sang saudagar lenyap seketika. Wanita tersebut seperti
tersadarkan, sejak saat itu ia mulai bervegetarian dan selalu menantikan
kedatangan sang saudagar untuk kedua kalinya sesuai janji yang disampaikan.
Semua rakyat mengetahui berita tersebut, raja dan para pejabat amat menghormati
wanita yang penuh kesetiaan menanti ( orang suci ) tersebut.
Setelah
menanti dalam waktu yang cukup lama, Dewa Sakka yang dulunya menjelma menjadi
saudagar itu, kini datang menjelma menjadi seorang pengemis yang berpakaian
compang-camping. Saat tiba di depan rumah si wanita, ia mengetuk pintu dan
berkata, “Apakah sahabatku ada di dalam rumah, tolong panggilkan dia keluar !”
Pelayan rumah
memberitahu kepada majikan akan kedatangan tamu yang merupakan sahabat
majikannya. Wanita tersebut keluar dan setelah menatap pengemis tersebut lalu
berkata,” Kamu bukanlah sahabatku yang pernah kukenal sebelumnya.”
Dewa Sakka
yang menjelma itu tertawa dan menjawab,” Wujud rupa dan pakaian telah berubah
hingga Anda tidak mengenalinya lagi. Sesuai kehidupan sekarang, badan ini akan
berganti yang baru lagi.” Dewa Sakka menyambung lagi,” Anda rajin bersembah
sujud kehadapan Sang Buddha, harus diketahui bahwa jodoh Buddha tidak datang untuk
dua kali. Kehidupan manusia hanya sementara, jangan tercekat oleh kefanaan dunia
!” Begitu habis berkata, Dewa Sakka pun lenyap. Wanita itu menjadi sadar
seketika dan mengetahui bahwa pengemis itu adalah jelmaan Dewa yang datang menyadarkannya.
Mulai saat itu semua rakyat rajin beramal dan mempraktekkan Sad Paramita serta belajar
bervegetarian, mengikuti apa yang dijalankan oleh wanita itu.
Sang Buddha
berkata kepada siswa-Nya sariputra,” Wanita
itu adalah Maitreya, sedangkan Dewa Sakka adalah saya pada kehidupan lampau.”
Begitulah kisah persahabatan yang luar biasa antara Sang Buddha Sakyamuni
dengan Maitreya.
***
No comments:
Post a Comment