Kegiatan Nurani Atau Pembinaan Nurani
Diasuh
oleh: Pandita Anna Monita
“Sungguh
disayangkan seseorang yang membina dengan mementingkan penyelamatan fisik
melalui kegiatan-kegiatan sosial tanpa dibarengi penyelamatan rohani dengan
pembinaan Nurani”
Salam maitreya, membina diri sangatlah luhur. Ada yang
membina diri dengan lebih banyak melakukan misi penyelamatan secara lahiriah
seperti melakukan kegiatan-kegiatan sosial bagi yang membutuhkan. Sementara
pula ada sebagian yang lebih menekankan pada pembinaan Nurani dengan banyak
membuka kelas-kelas Dharma ataupun sarana lain demi menyelamatkan rohani umat
manusia atau dengan kata lain membuka Hati Nurani umat manusia. Pada dasarnya
metode pembinaan diri tidaklah terlepas dari perkembangan era atau zaman, sosial
budaya, tempat, situasi ,kondisi, dan sebagainya. Apapun caranya semuanya
bermuara pada bagaimana menjadi seorang anak Tuhan yang baik dan berbakti
sehingga bisa membina diri sebaik –baiknya sesuai kehendak Tuhan dan Hati
Nurani.
Setelah semua masalah teratasi,lalu apa yang
terjadi? Cobalah bayangkan seandainya seseorang yang sudah sangat cukup di
dalam hidupnya dalam arti tidak lapar, tidak sakit, secara fisik sama sekali
tidak kekurangan. Tidak tertutup kemungkinan dalam batinnya akan mulai
bergolak. Mungkin niat pikirannya mulai liar kemana-mana, berpikiran yang
tidak-tidak atau tercekat pada hal-hal yang tidak pantas. Iri, dengki, cemburu,
curiga, dendam,serakah, emosi dan sebagainya yang masih melekat pada diri akan
menunjukkan taringnya dan mulai menguasai diri. Mulai timbul niat pikiran tidak
baik dan tidak sesuai Hati Nurani yang ujung-ujungnya hanya akan mendatangkan
bencana bagi sesama juga diri sendiri. Adanya borok kebusukan dalam diri yang
belum dibersihkan akan menjadi bencana bagi siapa saja. Semua itu lantaran
tidak adanya pembinaan Nurani sebab selama ini yang lebih dipentingkan hanyalah
keselamatan lahiriah saja bukan secara rohaniah.
Sungguh disayangkan seseorang yang membina dengan
mementingkan penyelamatan fisik melalui kegiatan-kegiatan sosial tanpa
dibarengi penyelamatan rohani dengan pembinan Nurani. Bagaikan setetes noda
hitam diatas selembar kertas putih yang
bersih, semua kemuliaan itu seolah tercoreng ibarat nila setitik dalam susu sebelanga.
Dengan kata lain pembinaan itu tidaklah sempurna sebab tidak dibarengi dengan
pembinaan Nurani. Apalagi di era sekarang yang dipenuhi bencana demi bencana
dan krisis global, justru yang harus sangat diwaspadai adalah niat pikiran
sendiri apakah sudah sesuai dengan Hati Nurani atau tidak. Bukankah krisis
global sekarang Ini justru membuat banyak orang depresi, putus asa, kecewa,
takut yang semuanya mungkin berujung pada aksi bunuh diri yang justru mengancam
keselamatan nyawa sendiri dan orang lain?
Seseorang yang bercinta-kasih akan
senantiasa bersimpati dan menolong siapapun yang membutuhkan. Tetapi seorang
yang berkearifan akan senantiasa menilik diri sendiri atau intropeksi diri
sehingga cenderung secara kontinu melakukan pembinaan nurani. Kearifan dan
cinta kasih itu ibarat dua sisi mata uang yang tidak boleh terpisahkan. Cinta
kasih seharusnya dibarengi kearifan dan
kearifan yang dibarengi cinta kasih
barulah akan mencapai kesempurnaan. Singkatnya, baik misi penyelamatan secara
fisik melalui kegiatan-kegiatan sosial ataupun pembinaan nurani keduanya sama penting, bahkan kalau bisa
keduanya harus dilakukan seiring sejalan demi sebuah kesempurnaan pembinaan.
Kendati jangka waktu pembinaan Nurani membutuhkan waktu yang lebih panjang
bahkan seumur hidup dibandingkan melakukan pembinaan dengan kegiatan atau bakti
sosial,sehingga kebanyakan orang lebih cenderung memilih melakukan pembinaan
dengan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan lantaran kurangnya kesabaran
dan keadilan, toh semua itu tidak
boleh menjadi alasan untuk lantas tidak melaukan pembinaan Nurani. Sebab
pembinaan Nurani sesungguhnya sangat dibutuhkan terutama untuk menghadapi
krisis global seperti sekarang ini. Nurani umat manusia perlu diterangi dengan
wejangan Dharma hati dan sebagainya sehingga terbangkitkan kearifan dan cinta kasih
menuju kecemerlangan seutuhnya. Pada akhirnya tak perlu ada perbedaan dan
perbandingan, karena sesungguhnya membina diri sangatlah luhur dan misi
penyelamatan sesama adalah mulia terlepas dari bagaimana cara ataupun
metodenya.
Kasih Maitreya bersamamu.
***
Source : maitreya magazine
retype by : Stephwii
o untuk kalangan sendiri
No comments:
Post a Comment