September 15, 2014

~ Maha Guru Dao An dan Buddha Maitreya ~


道安大师和弥勒佛

Maha Guru Dao An adalah bhiksu yang terkenal dalam sejarah agama Buddha di Tiongkok yang memiliki peranan besar dalam mempelopori aliran Bumi Sukhavati. Beliau lahir pada zaman Dinasti Jin Timur (312- 385 M) dalam sebuah keluarga berpendidikan di kabupaten Fu Liu (sekarang Propinsi He Bei). 

Dikarenakan kekacauan dalam masyarakat kala itu, beliau sejak usia dini telah yatim piatu, dan dibesarkan oleh saudaranya. Beliau mulai bersekolah sejak umur 7 tahun, dan saat berusia 15 tahun telah mulai mempelajari Buddha-dharma.

Dao An mulai hidup membiara pada umur 18 tahun (sumber lain menyebutkan 12 tahun), beliau memiliki kecerdasan dan kearifan tinggi, namun karena berperawakan hitam, sehingga tidak mendapat perhatian lebih dari gurunya dan hanya mendapat tugas mengerjakan beberapa jenis pekerjaan kasar. Selama 3 tahun, beliau tidak pernah membaca satu pun sutra Buddhis, namun Maha Guru Dao An tidaklah mengeluh, melainkan tetap bekerja dengan giat dan penuh kegembiraan.

Suatu ketika, beliau menghadap gurunya dan berkata, "Mohon Guru meminjamkan murid sebuah kitab suci, sehingga murid dapat membacanya sewaktu beristirahat di sawah." Gurunya kemudian meminjamkan sebuah sutra yang kira-kira berisi lebih dari 5.000 huruf. Malamnya, sutra itu pun dikembalikan. Awalnya, Sang Guru mengira beliau tidak memahami sutra tersebut. Namun, keesokan paginya, Dao An kembali menghadap Sang Guru untuk meminjam kitab suci lainnya untuk dibaca. Gurunya kemudian bertanya, "Apakah kamu memahami isi sutra kemarin?" Dao An menjawab, "Ya, Guru, oleh karena itu murid ingin meminjam sutra yang lain." Dengan perasaan curiga, Sang Guru kemudian meminjamkannya sebuah kitab suci yang berisi kira- kira 10.000 huruf. Sama juga, pada malam harinya, kitab tersebut pun dikembalikannya. Sang Guru kembali bertanya, "Apakah sudah selesai dibaca?" Beliau menjawab, "Ya, sudah selesai, Guru.

" Sang Guru tidak percaya, lalu menyuruh beliau untuk menghafalnya. Dao An kemudian menghafalnya tanpa sepatah kata pun yang terlewati. Sejak saat itu, seluruh bhiksu di biara tidak lagi menilai beliau dari penampilan luar. Oleh Sang Guru, beliau bahkan kemudian diberi izin untuk menempuh pendidikan di luar biara.

Sewaktu berusia 45 tahun, beliau mendirikan sebuah biara di Tai Xing Heng Shan, dan orang-orang yang mengakui beliau sebagai guru mencapai ratusan orang. Saat menjelaskan sutra Buddhis, beliau sangat berhati-hati, karena khawatir apa yang disampaikan tidak sesuai dengan kehendak Sang Buddha.

Selama menetap di Xiangyang, dalam kurun waktu 15 tahun, beliau tidak hanya memimpin kegiatan penerjemahan sutra Buddhis, namun juga menyusun ulang katalog pustaka Buddhis, membimbing para bhiksu dalam ritual sehari-hari, membabarkan sutra, juga mempelopori adanya aturan menghafal sila Buddhis dan ritual pertobatan setiap setengah bulan sekali, yang merupakan dasar awal yang kemudian diteruskan oleh generasi-generasi bhiksu berikutnya.

Tahun 295 M, yakni 17 tahun sebelum kelahiran Dao An, telah terdapat terjemahan sutra yang berkaitan
dengan Surga Tusita, yaitu sutra 'Maitreyavyakarana' atau Sutra Bodhisatva Maitreya Lahir ke Dunia.
Sementara 9 tahun sebelum kelahiran beliau (303 M), juga telah terdapat terjemahan sutra 'Mahasambhava
Maitreya' atau Sutra tentang Bodhisatva Maitreya Mencapai Kebuddhaan serta Sutra Pertanyaan Tentang Nazar Bodhisatva Maitreya. Sekitar tahun 377 M, Maha Guru Dao An diberi sebuah rupang Buddha Maitreya setiap kali terdapat pertemuan pembahasan dharma, Maha Guru seringkali membeberkan perihal rupang ini. Sekumpulan sebab jodoh inilah yang pada akhirnya menuntun beliau pada keyakinan terhadap Buddha Maitreya. Beliau yang memahami Buddha-dharma secara baik dan mendalam, tanpa ragu akhirnya memilih keyakinan Bumi Suci Tusita Maitreya sebagai jalan pembinaan untuk menuntaskan penderitaan umat manusia.

Saat mengalami kesulitan dalam menafsirkan sutra-sutra mengenai Buddha Maitreya, Maha Guru Dao An
akan sepenuh hati bersujud memohon tuntunan Buddha Maitreya. Dari sutra, beliau memahami bahwa Buddha Maitreya merupakan guru dewa dan manusia dalam Pertemuan Puspa Naga kelak dan sekarang tengah berada di Surga Tusita; sehingga Maha Guru Dao An berkeinginan untuk mencapai Surga Tusita pada kelahirannya yang akan datang. Oleh karena itu, beliau juga sering kali mengajak muridnya menginsafi sutra Buddha Maitreya dan bersamanya menegakkan ikrar untuk terlahir di Surga Tusita sehingga kelak dapat bertemu dengan Buddha Maitreya, mendengarkan dharma gaib dan mengikuti cara pembinaan Buddha Maitreya, serta berkesempatan mengikuti Pertemuan Puspa Naga di dunia.

Kala itu, di Biara Tanxi, terdapat 8 orang yang bersama-sama menegakkan ikrar, antara lian : Maha
Guru Dao An, Bhiksu Fa Yu, Bhiksu Tan Jie, Bhiksu Zhu, Bhiksu Dao Yuan, Bhiksu Tan Wei, Hui Yuan dan Wang Jia.

Lunar bulan 1 tanggal 27 tahun 385, di biara kedatangan seorang tamu bhiksu yang tak dikenal dengan
pakaian yang amat sederhana dan bersahaja, bermaksud menginap di biara. Kebetulan, hari itu, kamar
biara telah terisi penuh, pengurus biara kemudian mengaturnya untuk menempati ruang altar. Pada
malamnya, bhiksu asing ini sering keluar masuk melalui jendela secara gaib, orang yang melihatnya sangat
terkejut dan segera melaporkan hal itu kepada Maha Guru Dao An. Beliau berpendapat bahwa tamu ini pastilah bukan bhiksu biasa, tentunya datang dengan tujuan tertentu. Maka dari itu, beliau segera pergi memberi salam, sekaligus menanyakan maksud kedatangannya secara jelas.

Bhiksu asing tersebut memberitahu bahwa Maha Guru Dao An memiliki akar kebajikan yang dalam, namun
harus melalui penabhisan suci, barulah semua ikrar dapat tergenapi dan sebab'jodoh matang. Kemudian,
bhiksu tersebut mengajari Dao An bhakti puja penabhisan suci tersebut.

Saat itu, Maha Guru Dao An juga bertanya kemanakah kelak beliau akan dilahirkan? Bhiksu kemudian
mengibaskan tangannya ke langit bagian barat, tiba-tiba tersapulah gumpalan awan hitam di langit dan
tampaklah pemandangan SurgaTusita Maitreya yang amat indah. Bhiksu asing tersebut menegaskan
bahwa di Surga Tusita yang maha indah itulah kelak Maha Guru Dao An akan dilahirkan. Malam itu, terdapat puluhan orang yang menyaksikan kejadian luar biasa tersebut. Hingga saat ini, terdapat banyak Maha guru dan Bhiksu agung yang dikenal berkearifan dan berkebajikan tinggi yang menganggap dan meyakini bahwa bhiksu asing tersebut sesungguhnya adalah inkarnasi dari Buddha Maitreya yang secara langsung datang memberi petunjuk pada Maha Guru Dao An.

Setelah kejadian tersebut, Maha Guru Dao An tekun dalam membina diri, senantiasa berpedoman pada
petunjuk Buddha Maitreya, hingga pada bulan 2 tanggal 8 lunar, setelah usai sarapan, Maha Guru Dao An mengumpulkan seluruh muridnya dan menyampaikan pesan terakhir bahwa beliau akan segera pergi meninggalkan dunia ini. Begitu selesai berkata, beliau pun wafat dengan damai dan tenang tanpa menderita sakit apapun.

Hal ini membuktikan betapa besar kekuatan gaib Buddha Maitreya, yang senantiasa menuntun dan
mengayomi beliau hingga akhir hayat serta akan membawa beliau terlahir kembali di Surga Tusita.


***

No comments:

Post a Comment