道安大师和弥勒佛
Maha Guru Dao An adalah bhiksu yang terkenal dalam sejarah agama Buddha
di Tiongkok yang memiliki peranan besar dalam mempelopori aliran Bumi Sukhavati. Beliau lahir pada
zaman Dinasti Jin Timur (312- 385 M) dalam sebuah keluarga berpendidikan di kabupaten Fu Liu
(sekarang Propinsi He Bei).
Dikarenakan kekacauan dalam masyarakat kala itu,
beliau sejak usia dini telah yatim piatu, dan dibesarkan oleh saudaranya.
Beliau mulai bersekolah sejak umur 7 tahun, dan saat berusia 15 tahun telah
mulai mempelajari Buddha-dharma.
Suatu ketika, beliau menghadap gurunya dan berkata, "Mohon Guru
meminjamkan murid sebuah kitab suci, sehingga murid dapat membacanya sewaktu
beristirahat di sawah." Gurunya kemudian meminjamkan sebuah sutra yang kira-kira
berisi lebih dari 5.000 huruf. Malamnya, sutra itu pun dikembalikan. Awalnya,
Sang Guru mengira beliau tidak memahami sutra tersebut. Namun, keesokan paginya,
Dao An kembali menghadap Sang Guru untuk meminjam kitab suci lainnya untuk dibaca. Gurunya kemudian
bertanya, "Apakah kamu memahami isi sutra kemarin?" Dao An menjawab, "Ya, Guru, oleh
karena itu murid ingin meminjam sutra yang lain." Dengan perasaan curiga, Sang Guru kemudian meminjamkannya sebuah
kitab suci yang berisi kira- kira 10.000 huruf. Sama juga, pada malam harinya,
kitab tersebut pun dikembalikannya. Sang Guru kembali bertanya, "Apakah sudah selesai dibaca?" Beliau menjawab,
"Ya, sudah selesai, Guru.
" Sang Guru tidak percaya, lalu menyuruh beliau untuk
menghafalnya. Dao An kemudian menghafalnya tanpa sepatah kata pun yang
terlewati. Sejak saat itu, seluruh bhiksu di biara tidak lagi menilai beliau
dari penampilan luar. Oleh Sang Guru, beliau bahkan kemudian diberi izin untuk
menempuh pendidikan di luar biara.
Sewaktu berusia 45 tahun, beliau mendirikan sebuah biara di Tai Xing
Heng Shan, dan orang-orang yang mengakui beliau sebagai guru mencapai ratusan
orang. Saat menjelaskan sutra Buddhis, beliau sangat berhati-hati, karena
khawatir apa yang disampaikan tidak sesuai dengan kehendak Sang Buddha.
Selama menetap di Xiangyang, dalam kurun waktu 15 tahun, beliau tidak
hanya memimpin kegiatan penerjemahan sutra Buddhis, namun juga menyusun ulang
katalog pustaka Buddhis, membimbing para bhiksu dalam ritual sehari-hari,
membabarkan sutra, juga mempelopori adanya aturan menghafal sila Buddhis dan ritual pertobatan setiap setengah bulan sekali, yang merupakan dasar awal
yang kemudian diteruskan oleh generasi-generasi bhiksu berikutnya.
Tahun 295 M, yakni 17 tahun sebelum kelahiran Dao An, telah terdapat terjemahan
sutra yang berkaitan
dengan Surga Tusita, yaitu sutra 'Maitreyavyakarana' atau Sutra Bodhisatva
Maitreya Lahir ke Dunia.
Sementara 9 tahun sebelum kelahiran beliau (303 M), juga telah terdapat
terjemahan sutra 'Mahasambhava
Maitreya' atau Sutra tentang Bodhisatva Maitreya Mencapai Kebuddhaan
serta Sutra Pertanyaan Tentang Nazar Bodhisatva Maitreya. Sekitar tahun 377 M,
Maha Guru Dao An diberi sebuah rupang Buddha Maitreya setiap kali terdapat
pertemuan pembahasan dharma, Maha Guru seringkali membeberkan perihal rupang
ini. Sekumpulan sebab jodoh inilah yang pada akhirnya menuntun beliau pada
keyakinan terhadap Buddha Maitreya. Beliau yang memahami Buddha-dharma secara
baik dan mendalam, tanpa ragu akhirnya memilih keyakinan Bumi Suci Tusita Maitreya
sebagai jalan pembinaan untuk menuntaskan penderitaan umat manusia.
Saat mengalami kesulitan dalam menafsirkan sutra-sutra mengenai Buddha
Maitreya, Maha Guru Dao An
akan sepenuh hati bersujud memohon tuntunan Buddha Maitreya. Dari
sutra, beliau memahami bahwa Buddha Maitreya merupakan guru dewa dan manusia
dalam Pertemuan Puspa Naga kelak dan sekarang tengah berada di Surga Tusita;
sehingga Maha Guru Dao An berkeinginan untuk mencapai Surga Tusita pada kelahirannya yang akan datang. Oleh karena itu, beliau juga sering kali
mengajak muridnya menginsafi sutra Buddha Maitreya dan bersamanya menegakkan ikrar untuk terlahir di Surga
Tusita sehingga kelak dapat bertemu dengan Buddha Maitreya, mendengarkan dharma gaib dan mengikuti
cara pembinaan Buddha Maitreya, serta berkesempatan mengikuti Pertemuan Puspa Naga di dunia.
Kala itu, di Biara Tanxi, terdapat 8 orang yang bersama-sama menegakkan
ikrar, antara lian : Maha
Guru Dao An, Bhiksu Fa Yu, Bhiksu Tan Jie, Bhiksu Zhu, Bhiksu Dao Yuan,
Bhiksu Tan Wei, Hui Yuan dan Wang Jia.
Lunar bulan 1 tanggal 27 tahun 385, di biara kedatangan seorang tamu bhiksu
yang tak dikenal dengan
pakaian yang amat sederhana dan bersahaja, bermaksud menginap di biara.
Kebetulan, hari itu, kamar
biara telah terisi penuh, pengurus biara kemudian mengaturnya untuk
menempati ruang altar. Pada
malamnya, bhiksu asing ini sering keluar masuk melalui jendela secara gaib,
orang yang melihatnya sangat
terkejut dan segera melaporkan hal itu kepada Maha Guru Dao An. Beliau berpendapat
bahwa tamu ini pastilah bukan bhiksu biasa, tentunya datang dengan tujuan
tertentu. Maka dari itu, beliau segera pergi memberi salam, sekaligus
menanyakan maksud kedatangannya secara jelas.
Bhiksu asing tersebut memberitahu bahwa Maha Guru Dao An memiliki akar
kebajikan yang dalam, namun
harus melalui penabhisan suci, barulah semua ikrar dapat tergenapi dan
sebab'jodoh matang. Kemudian,
bhiksu tersebut mengajari Dao An bhakti puja penabhisan suci tersebut.
Saat itu, Maha Guru Dao An juga bertanya kemanakah kelak beliau akan
dilahirkan? Bhiksu kemudian
mengibaskan tangannya ke langit bagian barat, tiba-tiba tersapulah gumpalan
awan hitam di langit dan
tampaklah pemandangan SurgaTusita Maitreya yang amat indah.
Bhiksu asing tersebut menegaskan
bahwa di
Surga Tusita yang maha indah itulah kelak Maha Guru Dao An akan dilahirkan.
Malam itu, terdapat puluhan orang yang menyaksikan kejadian luar biasa tersebut.
Hingga saat ini, terdapat banyak Maha guru dan Bhiksu agung yang dikenal
berkearifan dan berkebajikan tinggi yang menganggap dan meyakini bahwa bhiksu
asing tersebut sesungguhnya adalah inkarnasi dari Buddha Maitreya yang secara
langsung datang memberi petunjuk pada Maha Guru Dao An.
Setelah
kejadian tersebut, Maha Guru Dao An tekun dalam membina diri, senantiasa
berpedoman pada
petunjuk
Buddha Maitreya, hingga pada bulan 2 tanggal 8 lunar, setelah usai sarapan,
Maha Guru Dao An mengumpulkan seluruh muridnya dan menyampaikan pesan terakhir
bahwa beliau akan segera pergi meninggalkan dunia ini. Begitu selesai berkata,
beliau pun wafat dengan damai dan tenang tanpa menderita sakit apapun.
Hal ini
membuktikan betapa besar kekuatan gaib Buddha Maitreya, yang senantiasa
menuntun dan
mengayomi
beliau hingga akhir hayat serta akan membawa beliau terlahir kembali di Surga
Tusita.
***
No comments:
Post a Comment