September 29, 2014

~ Bina Keluarga Maitreya _ Keluarga Yang Berdoa ~


良心叩首的家庭

Musibah berturut-turut menimpa sebuah keluarga. Sang anak mengalami kecelakaan sehingga harus menjalani operasi penyambungan tulang, padahal usaha sang bapak baru saja mengalami goncangan karena rekan bisnisnya melarikan dana usaha yang cukup besar sehingga membuat mereka sendiri harus bekerja keras menutupi hutang-hutang. Namun luar biasanya, mereka sekeluarga masih bisa mengucap syukur atas
semua musibah yang terjadi dan masih bisa tersenyum. Tak banyak orang yang bisa melakukan demikian.
Yang sering terjadi adalah rasa putus asa, sikap saling menyalahkan, dan tak lagi datang vihara. 
Apa kunci kekuatan dari keluarga ini sehingga dapat melewati semua musibah ini dengan kuat dan tabah?

Dekat dengan LAOMU
Senantiasa dekat dengan LAOMU. Inilah kuncinya. LAOMU adalah sumber kekuatan. Dekat dengan LAOMU merupakan sumber kekuatan dalam hidup kita. Keluarga yang dekat dengan LAOMU akan dapat menghadapi segala ujian dan halangan, musibah dan malapetaka dengan hati yang syukur dan tabah. Karena keluarga itu percaya akan pengaturan LAOMU yang indah dibalik setiap musibah.

Sesungguhnya bukan hanya dekat dengan LAOMU, tetapi ada LAOMU di dalam hati setiap anggota keluarga. Keluarga yang ada LAOMU, tidak akan melakukan tindakan-tindakan bodoh dalam mengatasi masalah dalam keluarga dan mencari solusi yang bijaksana. Karena keluarga itu percaya bahwa setiap halangan dan rintangan, ujian dan cobaan adalah bagian dari hutang dosa karma laksaan masa yang harus dibayar.

Keluarga yang ada LAOMU, akan terhindar dari godaan-godaan dan sikap perilaku yang tak sesuai dengan
kebenaran dan moral, yang tak sesuai dengan hati nurani. Karena semua sikap perilaku yang tak sesuai dengan kebenaran dan nurani berarti tak sesuai dengan kehendak LAOMU , yang tak pantas dan tak boleh dilakukan.

Keluarga yang ada LAOMU, maka LAOMU akan senantiasa menerangi keluarga ini. Keluarga yang ada LAOMU akan membangun keluarga dengan bahagia dan harmonis karena setiap orang saling mengasihi dan menghormati, saling percaya dan memotivasi. LAOMU adalah sumber kasih sayang. Ada LAOMU dalam hati berarti mengasihi LAOMU, mengasihi LAOMU berarti mengasihi anak-anak LAOMU, mengasihi setiap anggota keluarga, mengasihi suami-istri, orang tua-anak.

Betapa indah keluarga yang dekat dengan LAOMU, yang ada LAOMU dalam hati setiap anggota keluarganya. Karena itu ajaklah seluruh anggota keluarga kita untuk dekat dengan LAOMU. Bawalah doa dan sujud nurani (koushou) menjadi keseharian dalam keluarga. Ajak suami-istri dan anak kita ke vihara, sama-sama sembahyang (koushou), sama-sama berdoa.
Bukankah ini indah?

Bangun Altar Maitreya
Selain di vihara, kita bisa mengajak anggota keluarga kita dekat dengan LAOMU dan Buddha Maitreya dengan membangun Altar Maitreya yang sering disebut juga Cetya Keluarga Maitreya. Dengan adanya Altar Buddha Maitreya di rumah kita, setiap hari kita bisa mengajak seluruh anggota keluarga kita untuk bersama- sama bersujud setiap pagi untuk memulai hari agar hari yang akan kita lalui senantiasa berada dalam lindungan kasih LAOMU dan Buddha Maitreya. Pada malam hari kita mengajak seluruh anggota keluarga kembali bersujud untuk menutup hari, bersyukur atas karunia yang indah pada hari ini dan bisa kembali semangat dan penuh harapan untuk menyambut hari esok.

Membangun Altar Buddha Maitreya di rumah berarti kita memohon LAOMU dan Buddha Maitreya untuk hadir dalam keluarga kita untuk menjadi tonggak dalam rumah kita agar senantiasa kokoh dan kuat. Memohon LAOMU dan Buddha Maitreya untuk menuntun dan membimbing seluruh anggota keluarga kita agar senantiasa menjadikan LAOMU dan Buddha Maitreya sebagai sumber dari kebenaran. Seorang umat
menceritakan bagaimana anaknya yang belum berumur 2 tahun bisa berlari ke altar Buddha Maitreya dan bersujud bila merasa takut atau mau memohon sesuatu. Semua ini tak lepas dari kebiasaan mereka sekeluarga yang selalu bersujud dan berdoa di depan altar Buddha Maitreya di rumahnya dengan mengikutsertakan anaknya dari kecil. Sehingga sejak kecil anak itu tahu betapa pentingnya LAOMu
dan Buddha Maitreya ada dalam hidupnya.


Sayang, masih banyak keluarga yang tak mengerti makna adanya altar Buddha Maitreya di rumah. Kehadiran altar malah menjadi beban bagi keluarga. Seorang istri menceritakan bagaimana dia dan suaminya sering tolak menolak sembahyang di altar Maitreya mereka di rumah. Sang suami beralasan tak sempat lagi mau buru-buru berangkat kerja karena sudah telat. Sang istri beralasan, dia masih harus masak, bersihkan rumah, dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Akhirnya kegiatan pagi dimulai terlebih dahulu dengan tolak menolak untuk sembahyang. Ada kalanya sembahyang pagi baru dilaksanakan siang hari atau sembahyang malam dilaksanakan saat akan tidur malam hari. Kehadiran altar tidak lagi menjadi pemersatu tetapi menjadi beban dan membuat ribet urusan rumah tangga. Sayang sekali jika keberadaan altar Maitreya di rumah pada akhirnya hanya ditelantarkan dan menjadi beban dalam keluarga.

Sering pada awalnya kita membangun altar Maitreya di rumah hanya ikut- ikutan umat yang lain, atau kita
berharap kita jadi lebih mudah kalau mau bersujud daripada harus ke vihara setiap hari. Jika niat awal kita
membangun altar adalah agar kita tak mau repot harus setiap hari ke vihara bersujud, berarti ini adalah niat yang tak tepat. Jika ke vihara saja malas, maka umumnya di rumah juga kita akan malas untuk koushou. Padahal kita hanya butuh 10-15 menit saja untuk koushou dan berdoa. Tapi 10-15 menit itu ternyata susah kita ikhlaskan untuk LAOMU dan Buddha Maitreya. Tetapi kita bisa menghabiskan setengah jam untuk makan, berjam-jam untuk ngobrol, nonton TV, atau jalan-jalan di mall.
Ironis bukan?

Membangun keluarga Maitreyani, keluarga yang harmonis memang butuh perjuangan, bukan datang sendirinya. Mendekatkan diri kepada LAOMU dan Buddha Maitreya secara konsisten juga adalah perjuangan. Namun dengan visi, misi, dan pemahaman yang benar, maka pasti kita bisa mempertahankan
sikap konsisten ini. Jadikan LAOMU dan Buddha Maitreya menjadi bagian dari hidup, bahkan menjadi hidup itu sendiri dalam keluarga kita. Niscaya keluarga kita akan senantiasa dikuatkan dan kita pun akan dapat membangun keluarga dengan bahagia. Mari berjuang bersama!

(Sumber inspirasi : Ceramah MP Halim Zen Bodhi)


No comments:

Post a Comment