Meneladani Maitreya
Dalam Mengasihi Anak Anda
" Yang harus kita
lakukan adalah meneladani Kebesaran Jiwa Buddha Maitreya. Dengan demikian kita
baru bisa menerapkan Kasih Maitreya dalam hidup kita ".
Suatu hari seorang wanita karier
mengalami hari yang buruk di kantornya. Banyak pekerjaan menumpuk dan tidak
selesai . Dia dikejar oleh deadline dan mendapat teguran dari atasannya,
padahal dia merasa itu bukan kesalahannya. Sepanjang hari itu bawaannya adalah
kesal dan tampak stress . Ketika pulang ke rumah, si ibu ini menyaksikan
anaknya memecahkan vas bunga kesayangannya. Kira-kira apa yang akan dilakukan
oleh si ibu ini ? Kemungkinan besar si ibu ini akan memarahi anaknya,
menghardiknya atau mungkin juga memukulnya, karena vas bunga kesayangannya
telah dipecahkan anaknya secara tidak sengaja. Maka segala kekesalan si ibu ini
tumpah ruah kepada anaknya.
Di situasi lain, si ibu tiba-tiba mendapatkan
sebuah undian mobil mewah dari sebuah bank. Bukan main senangnya hati ibu ini.
Wajahnya berseri-seri dan memancarkan kegembiraan yang luar biasa. Pokoknya
perjalanan dari kantor menuju ke rumah selama lebih kurang 1 jam, dia selalu
tersenyum gembira . Tak sabar rasanya untuk segera memberitahu suami dan
anaknya. Dan ketika dia sampai di rumahnya, dia melihat anaknya memecahkan vas
bunga kesayangannya. Nah, kira-kira si ibu akan mengamuk dan melampiaskan
marahnya seperti contoh diatas atau tidak ? Kemungkinan besar tidak akan
terjadi. Mengapa ? Karena si ibu sedang bersuka cita.
Pembaca yang
budiman, jika kita pilah-pilah skenario diatas, kita akan temukan satu
peristiwa yang sama yaitu anak memecahkan vas bunga kesayangan mamanya.
Kejadian yang sama itu mendapat reaksi yang berbeda, yaitu dimarahi dan tidak
dimarahi.
Jika kita
renungkan sebuah kejadian sebenarnya adalah netral sifatnya, namun reaksi orang
tua bisa berbeda tergantung suasana hatinya. Jika suasana hatinya lagi kacau,
maka reaksi negatiflah yang akan muncul. Namun jika suasana hati lagi happy, maka reaksi positiflah yang akan
muncul.
Jika ini
yang terjadi pada diri kita sebagai orang tua, maka anak kita perlu dikasihani.
Mengapa ? Karena mereka akan merasakan emosi yang kita rasakan. Jika emosi kita
lagi buruk maka walaupun anak kita tidak melakukan kesalahan yang terlalu
fatal, ada kemungkinan dia akan menerima akibat buruk dari kita. Demikian juga
sebaliknya.
Sebagai
orang tua yang Xiu Dao, tentu saja tidak boleh demikian . Kita harus meneladani
Sang Buddha Maitreya. Apa ciri paling khas dari Buddha Maitreya ? Ya, Gembira
dan Senyum yang selalu terpancar dari rupang Buddha Maitreya. Tahikah kita
bahwa tawa dan senyum Buddha Maitreya dating dari situasi dan lingkungan
gembira atau situasi yang lain ?
Suatu hari
saya pernah mendengar sebuah ceramah yang mengatakan bahwa tawa dan senyum
Buddha Maitreya tidak memerlukan syarat dan kondisi lingkungan. Jadi baik
suasana gembira, maupun sedih dan kacau balau, bahkan banyak ujian sekalipun,
Buddha Maitreya tetap tertawa dan tersenyum. Saya sempat merenungkan hal ini,
dan akhirnya saya jadi mengerti.
Itu baru
namanya xiu dao dan xiu xing. Jika kita belajar sabar pada saat semua situasi
menyenangkan, itu bukan belajar sabar namanya. Yang namanya belajar bersabar,
adalah di saat situasi tidak memungkinkan orang untuk sabar. Nah, tentu saja
Buddha Maitreya tetap tertawa dan tersenyum di segala situasi dan itu tidaklah
mengherankan kita bukan ? Yang harus kita lakukan adalah meneladani kebesaran
jiwa Buddha Maitreya. Dengan demikian kita baru bisa menerapkan Kasih Maitreya
daam hidup kita. Jika kita benar-benar menghayati Kasih Maitreya di dalam
tindak laku dan tutur kata kita, maka saat menemui situasi yang sulit, kita
akan bisa menghadapinya secara positif, lapang dada, sehingga pada akhirnya
sebagai orang tua, kita mampu menjadi teladan yang baik untuk anak-anak.
***
No comments:
Post a Comment