April 11, 2013

~ Meneladani Maitreya Dalam Mengasihi Anak Anda ~


Meneladani Maitreya
 Dalam Mengasihi Anak Anda

" Yang harus kita lakukan adalah meneladani Kebesaran Jiwa Buddha Maitreya. Dengan demikian kita baru bisa menerapkan Kasih Maitreya dalam hidup kita ".

Suatu hari seorang wanita karier mengalami hari yang buruk di kantornya. Banyak pekerjaan menumpuk dan tidak selesai . Dia dikejar oleh deadline dan mendapat teguran dari atasannya, padahal dia merasa itu bukan kesalahannya. Sepanjang hari itu bawaannya adalah kesal dan tampak stress . Ketika pulang ke rumah, si ibu ini menyaksikan anaknya memecahkan vas bunga kesayangannya. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh si ibu ini ? Kemungkinan besar si ibu ini akan memarahi anaknya, menghardiknya atau mungkin juga memukulnya, karena vas bunga kesayangannya telah dipecahkan anaknya secara tidak sengaja. Maka segala kekesalan si ibu ini tumpah ruah kepada anaknya.
             Di situasi lain, si ibu tiba-tiba mendapatkan sebuah undian mobil mewah dari sebuah bank. Bukan main senangnya hati ibu ini. Wajahnya berseri-seri dan memancarkan kegembiraan yang luar biasa. Pokoknya perjalanan dari kantor menuju ke rumah selama lebih kurang 1 jam, dia selalu tersenyum gembira . Tak sabar rasanya untuk segera memberitahu suami dan anaknya. Dan ketika dia sampai di rumahnya, dia melihat anaknya memecahkan vas bunga kesayangannya. Nah, kira-kira si ibu akan mengamuk dan melampiaskan marahnya seperti contoh diatas atau tidak ? Kemungkinan besar tidak akan terjadi. Mengapa ? Karena si ibu sedang bersuka cita.

            Pembaca yang budiman, jika kita pilah-pilah skenario diatas, kita akan temukan satu peristiwa yang sama yaitu anak memecahkan vas bunga kesayangan mamanya. Kejadian yang sama itu mendapat reaksi yang berbeda, yaitu dimarahi dan tidak dimarahi.

            Jika kita renungkan sebuah kejadian sebenarnya adalah netral sifatnya, namun reaksi orang tua bisa berbeda tergantung suasana hatinya. Jika suasana hatinya lagi kacau, maka reaksi negatiflah yang akan muncul. Namun jika suasana hati lagi happy, maka reaksi positiflah yang akan muncul.

            Jika ini yang terjadi pada diri kita sebagai orang tua, maka anak kita perlu dikasihani. Mengapa ? Karena mereka akan merasakan emosi yang kita rasakan. Jika emosi kita lagi buruk maka walaupun anak kita tidak melakukan kesalahan yang terlalu fatal, ada kemungkinan dia akan menerima akibat buruk dari kita. Demikian juga sebaliknya.

            Sebagai orang tua yang Xiu Dao, tentu saja tidak boleh demikian . Kita harus meneladani Sang Buddha Maitreya. Apa ciri paling khas dari Buddha Maitreya ? Ya, Gembira dan Senyum yang selalu terpancar dari rupang Buddha Maitreya. Tahikah kita bahwa tawa dan senyum Buddha Maitreya dating dari situasi dan lingkungan gembira atau situasi yang lain ?

            Suatu hari saya pernah mendengar sebuah ceramah yang mengatakan bahwa tawa dan senyum Buddha Maitreya tidak memerlukan syarat dan kondisi lingkungan. Jadi baik suasana gembira, maupun sedih dan kacau balau, bahkan banyak ujian sekalipun, Buddha Maitreya tetap tertawa dan tersenyum. Saya sempat merenungkan hal ini, dan akhirnya saya jadi mengerti.

            Itu baru namanya xiu dao dan xiu xing. Jika kita belajar sabar pada saat semua situasi menyenangkan, itu bukan belajar sabar namanya. Yang namanya belajar bersabar, adalah di saat situasi tidak memungkinkan orang untuk sabar. Nah, tentu saja Buddha Maitreya tetap tertawa dan tersenyum di segala situasi dan itu tidaklah mengherankan kita bukan ? Yang harus kita lakukan adalah meneladani kebesaran jiwa Buddha Maitreya. Dengan demikian kita baru bisa menerapkan Kasih Maitreya daam hidup kita. Jika kita benar-benar menghayati Kasih Maitreya di dalam tindak laku dan tutur kata kita, maka saat menemui situasi yang sulit, kita akan bisa menghadapinya secara positif, lapang dada, sehingga pada akhirnya sebagai orang tua, kita mampu menjadi teladan yang baik untuk anak-anak.

***

No comments:

Post a Comment