April 12, 2013

~ Kisah Jataka Sakyamuni dan Maitreya ~



Kisah Jataka Sakyamuni dan Maitreya
Maitreya Sebagai Dewa Sakka yang Memberi Pertolongan

Dahulu, Sang Bodhisatva bersama 500 orang saudagar mengarungi samudera untuk mengumpulkan benda pusaka di pulau-pulau. Berselang beberapa bulan kemudian, kapal telah dipenuhi banyak benda pusaka yang berhasil dkumpulkan oleh mereka. Namun, ditengah perjalanan pulang, kapal dihadang oleh badai besar. Suara petir menggelegar disertai angin kencang dan gelombang tinggi, mengakibatkan kapal terombang-ambing diterjang oleh ombak besar. Setan air dari segala penjuru berkumpul ke permukaan, mata mereka mengeluarkan api. Gelombang dashyat lautan mengepung segala penjuru.
Orang-orang yang berada di dalam kapal menangis sambil berkata,” Waktu kematian kita telah tiba !’’ Muka mereka semua pucat pasi akibat ketakutan, semuanya menengadah ke langit dengan sedih meminta pertolongan Tuhan.
Hati Bodhisatva merasa pilu. Ia berpikir,” Saya lahir ke dunia untuk membina ajaran Buddha, tujuannya adalah untuk menyelamatkan umat manusia. Setan air paling membenci mayat. Mengorbankan nyawa demi menyelamatkan umat manusia merupakan hat termulia yang dapat dilakukan oleh seorang Bodhisatva. Jikalau tidak menggunakan darah dan tubuh sendiri untuk ditenggelamkan ke dalam lautan, setan air pastilah tidak akan beranjak dari sini dan semua orang di kapal tak akan bisa tiba di dermaga dengan selamat.’’ Sang Bodhisatva kemudian berkata kepada semua orang disana, “Kalian semua harus saling berpegang tangan untuk menopang tubuh-Ku.’’ Semua orang lantas mengikuti apa yang diinstruksikan-Nya. Sang Bodhisatva dengan segera mengeluarkan sebilah pisau dan menggorok leher-Nya sendiri. Melihat adanya tetesan darah, setan air segera meninggalkan tempat tersebut. Kapal terombang-ambing hingga ke tepi pantai, seluruh orang di kapal terselamatkan. Mereka berteriak pilu sambil menopang jasad Sang Bodhisatva,’’ Ia pastilah seorang Bodhisatva, bukan seorang manusia biasa.’’ Mereka memukul dada dan menghentakkan kaki sambil meratap sedih,’’Lebih baik kami mati tenggelam di lautan, daripada harus mengorbankan seorang budiman yang berkebajikan luhur!’’
Ucapan mereka yang penuh ketulusan akhirnya menggugah para Buddha Boshisatva. Diantaranya Dewa Sakka( Shakra ) melihat hati welas asih Bodhisatva yang begitu mulia dan langka ditemukan di dunia ini lantas menurunkan titah,’’ Bodhisatva yang mempunyai kebajikan tak terhingga ini kelak akan menjadi Manusia Buddha, dalam sekejap Ia akan dihidupkan kembali.’’ Dari langit mengalir sejenis obat mujarab ke dalam mulut Sang Bodhsatva dan dengan cepat menyembuhkan bagian luka-Nya. Sesaat kemudian sang Bodhisatva pun siuaman kembali. Ia duduk dan memberi salam kepada semua orang disana. Dewa Sakka juga memberikan hadiah berbagai barang pusaka yang nilainya beribu-ribu kali lipat dibandingkan jumlah yang telah berhasil mereka kumpulkan sebelumnya. Mereka segera berangkat pulang menuju rumah dan disambut dengan penuh sukacita olehs anak keluarganya. Sang Bodhisatva menggunakan barang-barang pusaka itu untuk membantu rakyat yang hidup miskin, menyebarluaskan welas asih dan ajaran Buddha, menyadarkan orang-orang yang tersesat dalam kejahatan dan kebodohan.
Raja dari kerajaan tersebut sangat mengagumi kebajikan Sang Bodhisatva. Ia kemudian menerapkan ajaran Sang Bodhisatva dalam sistem pemerintahan. Raja penuh welas asih, menteri penuh kesetiaan, segenap rakyat di seluruh negeri mendukung dan menjunjung tinggi ajaran-Nya. Sejak saat itu, di dalam keluarga, anak-anak menjadi penuh bakti kepada orang tua, Negara makmur, tiada bencana, panen berlimpah ruah, penduduk hidup sentosa, setiap orang berusia panjang dan penuh kebahagiaan. Bodhisatva menjalankan ajaran Buddha selama berkalpa-kalpa kehidupan dan hadir membimbing umat manusia. Semangat-Nya tak pernah padam, akhirnya Ia pun mencapai kesempurnaan Buddha.
Sang Buddha bersabda kepada seluruh bhikkhu,’’ Orang yang mengorbankan nyawa demi menyelamatkan para saudagar adalah Saya di kehidupan lampau. Dewa Sakka adalah Maitreya. Sementara itu, 500 orang saudagar merupakan 500 orang Arahat yang berada disini saat ini !’’

( Source : Sutra Sad Paramita )  
***

No comments:

Post a Comment