January 13, 2015

~ Sifat yang harus Dihindari Dalam Keluarga 2 ~


~ jangan mengungkit masa lalu
Dan mencari kesalahan ~

Pada dasarnya tak ada manusia yang sempurna. Kesempurnaan adalah milik LAOMU. Sebagai manusia yang masih penuh dengan ikatan dosa karma, kita masih sering melakukan kesalahan. Karena itulah mengapa kita masih harus membina Ketuhanan. Membina Ketuhanan adalah cara kita untuk mengasah diri agar semakin peka atas kesalahan diri dan berjuang memperbaiki diri menjadi yang lebih baik dari hari ke hari.

Demikianlah pasangan kita juga bukanlah manusia yang sempurna. Baik di keadaan sekarang maupun keadaan yang lalu, pasti masing-masing pernah melakukan kesalahan. Hal yang harus kita hindari adalah kita tidak mengungkit- ungkit kesalahan pasangan kita yang sudah berlalu dan tak juga mengungkit- ungkit kebaikan diri sendiri yang sudah berlalu.

Tak ada kebaikan yang akan kita dapatkan dengan terus mengungkit kesalahan masa lalu. Toch semua itu sudah berlalu dan tak akan merubah kisah atau kejadian masa lalu itu. Yang akan terjadi justru adalah perasaan tertekan, sedih, atau kemarahan yang semakin besar dari pasangan kita. Keluarga pun akan semakin banyak diisi cekcok dan pertengkaran. Bukankah kita berkeluarga untuk bahagia bukan untuk membangun derita.

Bahwa kita manusia pernah melakukan kesalahan, ini adalah hal yang wajar terjadi pada setiap orang. Sebagai manusia, kita sendiri pernah melakukan kesalahan yang tidak sedikit bahkan kepada pasangan kita, baik kita sadari maupun tidak. Karena itu janganlah kita mengungkit kesalahan pasangan kita , karena kita pun pasti pernah melakukan kesalahan kepada pasangan kita, membuatnya sedih atau sakit hati karena kata-kata atau sikap kita, baik yang disengaja ataupun tidak.

Hal yang juga harus kita hindari dalam berkeluarga adalah mencari-cari kesalahan pasangan kita. Orang yang selalu mencari kesalahan orang lain, maka tak akan pernah bisa bahagia. Karena dalam pandangannya, semua orang tak ada yang baik, tak ada yang benar. Orang yang demikian hanya menganggap dirinya sendiri yang benar. Jika demikian bagaimana kita bisa bahagia karena semua orang adalah musuh dalam hidupnya. Demikian juga jika kita sering mencari kesalahan pada pasangan kita, maka pasangan kita itu ibarat musuh yang tak pernah benar. Apa gunanya kita hidup berkeluarga jika setiap hari selalu menjadikan pasangan kita seperti musuh yang selalu salah, bukan bagian dari keluarga yang seharusnya kita kasihi.

Selalu mencari kesalahan, akan membuat kita tak bisa lagi melihat sisi positif dari pasangan kita. Kata-kata dan sikap perilakunya yang benar pun akan kita anggap salah. Padahal dalam diri setiap orang ada sisi positif dan ada kebaikan yang pernah dilakukan. Karena itu mari kita melihat sisi positif dari pasangan kita, melihat kebaikan-kebaikannya, dan bersama menata kehidupan keluarga di hari ini untuk menuju masa depan yang lebih baik.

Belajarlah untuk bisa memaafkan pasangan kita. Dengan sikap pemaafan, barulah masalah besar jadi kecil, masalah kecil menjadi tiada. Dengan pemaafan barulah dapat melihat semua masalah dengan jernih dan tenang. Dengan pemaafan, barulah dapat menaklukkan kemarahan dan kebencian. Dengan pemaafan, keluarga pun akan damai, harmonis, dan bahagia.

Buddha Maitreya dengan kasih-Nya yang luas, menerima kita manusia yang penuh dosa ini dengan penuh kasih sayang. Kita yang penuh dosa dan masih sering melakukan kesalahan, sesungguhnya tak layak untuk membantu misi-Nya yang agung dan mulia. Tetapi Buddha Maitreya sangat penuh pengertian, Beliau terus memberi harapan kepada kita bahwa kita akan bisa berubah menjadi lebih baik. Buddha Maitreya percaya bahwa dalam setiap proses kehidupan, kita akan belajar dan sadar untuk menjadi lebih baik. Karena itu Buddha Maitreya selalu membuka tangan-Nya menerima kita bersama- Nya. Sebagai murid dan umat Maitreya, kita meneladani pribadi Buddha Maitreya dengan juga menerima pasangan kita apa adanya. Artinya janganlah kita mengungkit kesalahan pasangan kita dan selalu mencari kesalahannya, tetapi dalam hati kita harus berisi pemaafan, pemakluman dan penerimaan kepadanya dengan harapan bahwa pasangan kita pun dapat berubah. Setiap orang punya kisah hidup sendiri yang unik dan indah.

Ajaklah pasangan kita untuk mendekatkan diri kepada LAOMU dan Buddha Maitreya. Sama-sama membina dan mengamalkan Ketuhanan. Sama-sama belajar saling memaafkan dan pemakluman, sama-sama selalu melihat hal positif dari pasangan kita. Dengan demikian kita akan bisa melewati semua rintangan dalam berkeluarga dengan ikhlas dan bahagia. Keluarga bahagia, inilah keluarga dunia satu keluarga.

"Apa gunanya kita hidup berkeluarga jika setiap hari selalu menjadikan pasangan kita seperti musuh"

Sumber : Khotbah Dharma MP Halim ZB

Ditulis kembali oleh : Qing Xu

No comments:

Post a Comment